Cintaindonesia.web.id - Kesenian dari Pulau Lombok satu ini merupakan media untuk para lelaki
dalam menguji keberanian dan ketangguhan mereka. Namanya adalah Peresean.
Apakah Peresean itu?
Peresean adalah kesenian tradisional masyarakat Suku Sasak yang mempertarungkan dua lelaki bersenjatakan tongkat rotan dan perisai. Kesenian ini merupakan tradisi lama Suku Sasak di Pulau Lombok, NTB,
yang masih ada hingga sekarang. Dalam kesenian tersebut para lelaki
berkumpul untuk menguji keberanian dan ketangkasan mereka dalam
bertarung. Walaupun terdapat unsur kekerasan, namun kesenian ini
memiliki pesan damai di dalamnya.
Sejarah Peresean
Menurut
sumber sejarah yang ada, Peresean ini dulunya merupakan luapan
emosional para Raja dan para prajurit setelah memenangkan pertempuran di
medan perang. Selain itu Peresean ini juga merupakan media untuk para
petarung dalam menguji keberanian, ketangguhan dan ketangkasan mereka
dalam bertarung. Kesenian ini terus berlanjut sampai sekarang di
kalangan masyarakat Suku Sasak hingga menjadi suatu tradisi. Dalam
perkembangannya, kesenian ini tidak hanya diadakan untuk masyarakat
lokal saja, namun juga digelar untuk menyambut para tamu besar atau
wisatawan yang berkunjung ke sana.
Fungsi Dan Nilai-Nilai
Seperti
yang disebutkan di atas, kesenian ini merupakan media bagi para
petarung atau para lelaki dalam menguji keberanian, ketangguhan, dan
ketangkasan mereka. Walaupun terdapat unsur kekerasan di dalamnya, namun
Peresean memiliki pesan damai. Setiap petarung yang ikut dalam
pertunjukan tersebut dituntut memiliki jiwa pemberani, rendah hati, dan
tidak pendendam.
Pertunjukan Peresean
Dalam
pertunjukannya, Peresean biasanya digelar di tempat yang cukup luas,
agar ruang gerak para petarung tidak sempit dan para penonton juga bisa
menyaksikan. Dalam pertarungan tersebut terdapat dua orang petarung yang
disebut dengan Pepadu dan tiga orang wasit yang mengatur jalannya pertandingan. Salah satu wasit yang mengawasi jalannya pertandingan disebut dengan Pakembar Tengah, dan wasit yang memilih para Pepadu disebut Pakembar Sedi.
Pertarungan
tersebut biasanya dilakukan dalam lima ronde dengan durasi tiga menit
setiap rondenya. Sebelum pertandingan dimulai Pepadu akan di berikan
instruksi dan doa agar pertandingan berjalan lancar. Setelah itu wasit
akan memukul ende dengan rotan sebagai tanda pertarungan dimulai.
Dalam
pertarungan Peresean ini terdapat beberapa peraturan, diantaranya
Pepadu tidak boleh memukul badan bagian bawah seperti paha atau kaki,
tapi Pepadu diperbolehkan memukul bagian atas seperti kepala, pundak
atau punggung. Setiap pukulan tersebut memiliki nilai masing-masing, dan
pemenang dalam Peresean ini biasanya ditentukan dari nilai yang
diperoleh setiap rondenya. Selain itu para Pepadu tersebut dinyatakan
kalah apabila sudah menyerah atau berdarah.
Apabila
ada Pepadu mengalami luka atau berdarah, tim medis akan mengobatinya
dengan obat sejenis minyak khusus agar tidak menimbulkan rasa perih.
Setelah bertarung para Pepadu kemudian bersalaman dan berpelukan,
sebagai tanda damai dan tidak ada dendam diantara mereka.
Kostum Dan Perlengkapan Peresean
Dalam
Peresean, Pepadu tidak menggunakan alat pelindung apapun, kecuali
perisai yang merupakan bagian dari senjata. Para Pepadu tersebut hanya
menggunakan celana, kain penutup celana, dan kain yang diikat di kepala.
Pada bagian badan, mereka tidak menggunakan baju apapun. Selain itu
Pepadu dilengkapi senjata seperti perisai dan tongkat rotan untuk
bertarung.
Pengiring Peresean
Dalam
pertunjukannya, Peresean juga di iringi oleh musik pengiring sebagai
penyemangat para Pepadu saat bertarung. Alat musik yang digunakan
biasanya adalah gong, sepasang kendang, rincik, simbal, suling dan kanjar.
Perkembangan Peresean
Dalam
perkembangannya, kesenian ini masih terus dilestarikan di Lombok, NTB.
Selain diselenggarakan sebagai bagian dari tradisi, Peresean ini juga
sering diselenggarakan untuk menyambut tamu terhormat maupun para
wisatawan yang datang kesana. Hal ini dilakukan sebagai usaha
pelestarian dan memperkenalkan kepada masyarakat luas tentang kesenian
di Pulau Lombok, khususnya masyarakat Suku Sasak.
Patut Kamu Baca:
- Tari Foti Lalendo Tarian Tradisional Dari Rote Ndao, NTT
- Tari Padoa Tarian Tradisional Dari Sabu Raijua, NTT
- Tari Ledo Hawu Tarian Tradisional Dari Sabu Raijua, NTT
- Tari Kabokang Tarian Tradisional Dari Sumba Timur, NTT
- Tari Kandingang Tarian Tradisional Dari Sumba Timur, NTT
- Tari Woleka Tarian Tradisional Dari Sumba Barat Daya, NTT
- Tari Kataga Tarian Tradisional Dari Sumba Barat, NTT
- Moko Alat Musik Tradisional Dari Pulau Alor, NTT
- Tari Lego Lego Tarian Tradisional Dari Pulau Alor, NTT
- Gong Waning Musik Tradisional Dari Sikka, NTT
- Tari Hegong Tarian Tradisional Dari Maumere, Sikka, NTT
- Tari Tea Eku Tarian Tradisional Dari Nagekeo, Flores, NTT
- Tari Gawi Tarian Tradisional Dari Ende, Flores, NTT
- Tari Hedung Tarian Tradisional Dari Flores Timur, NTT
- Tari Rangkuk Alu Tarian Tradisional Dari Manggarai, Flores, NTT
- Tari Ja’i Tarian Tradisional Dari Flores, NTT
- Tari Caci Kesenian Tradisional Dari Manggarai, Flores, NTT
- Tari Nguri Tarian Tradisonal Dari Sumbawa, NTB
- Tari Buja Kadanda Tarian Tradisional Dari Bima, NTB
- Tari Wura Bongi Monca Tarian Tradisional Dari Bima, NTB
- Tari Lenggo Tarian Tradisional Dari Bima, NTB
- Peresean Kesenian Tradisional Dari Lombok, NTB