Cintaindonesia.web.id - Provinsi
Sumatera Utara merupakan sebuah provinsi yang terletak dibagian ujung
utara Pulau Sumatera. Provinsi yang berbatasan langsung dengan Provinsi
Nangroe Aceh Darussalam ini dikenal sebagai provinsi yang mempunyai
penduduk dari berbagai macam suku. Berbicara mengenai suku, tentunya
tidak lengkap jika kita tidak membahas mengenai adat dan kebudayaan dari
masing-masing suku tersebut. Salah satu adat dan kebudayaan suku-suku
di provinsi Sumatera Utara yang masih lestari hingga saat ini adalah
tarian tradisionalnya. Nah apa sajakah tarian tradisional yang berasal
dari Provinsi Sumatera Utara? Berikut ini penjelasannya.
Tari Huda Huda merupakan tarian tradisional yang berasal dari Kab. Simalungun. Tarian ini dipertunjukan hanya disaat upacara kematian bagi orang yang sudah lanjut usia di Kab. Simalungun. Tujuan tarian ini adalah untuk menghibur keluarga yang telah ditinggalkannya dan juga sebagai hiburan bagi para pelayat. Perkembangan dari tarian ini semula hanya digunakan oleh keluarga kerajaan, namun berkembang dan digunakan oleh masyarakat Simalungan dari berbagai kelas sosial.
Tari Maena merupakan salah satu tarian tradisional yang berasal dari Nias, Provinsi Sumatera Utara. Tarian ini termasuk dari jenis tarian rakyat yang dilakukan secara masal atau bersama-sama. Menurut sejarah, Tari Maena ini merupakan salah satu tarian tradisional dari masyarakat suku Nias yang telah ada sejak dahulu kala, dan telah diwariskan secara turu-temurun sampai saat ini. Sejak dahulu tari maena ini sering dilakukan sebagai bagian dari seremonial adat masyarakat suku Nias. Kebiasaan ini kemudiaan terus berlanjut dan masih sering dilakukan sampai saat ini.
Tari Maena ini difungsikan sebagai tarian hiburan atau bagian dari prosesi seremonial acara. Bagi masyarakat suku Nias sendiri, tari maena tentu memiliki makna khusus didalamnya, salah satunya ialah makna persatuan dan kebersamaan. Hal tersebut juga terlihat dari bagaimana mereka menari serta melakukannya secara bersama-sama dengan rasa penuh suka cita. Semakin banyak yang mengikuti, maka suasana acara akan menjadi semakin hangat dan juga meriah.
Tari Moyo merupakan tarian tradisional yang berasal dari Nias, Provinsi Sumatera Utara. Tarian ini juga sering disebut dengan Tari Elang, dikarenakan gerakannya hampir mirip dengan gerakan burung Elang yang sedang terbang. Tari Moyo ini biasanya akan ditarikan oleh para penari wanita.
Asal usul tentang Tari Moyo ini sebenarnya masih belum dapat diketahui secara pasti. Namun dari beberapa sumber yang ada, tarian moyo ini telah ada sejak ratusan tahun yang lalu. Konon Tari Moyo ini dahulunya hanya ditampilkan dikalangan masyarakat bangsawan saja, yang memiliki para penari khusus dalam melakukan tarian ini. Namun seiring perkembangan zaman, tarian ini mulai dikenal oleh masyarakat bawah dan juga mulai sering dipelajari, khususnya bagi para gadis dimasa itu. Sampai kini Tari Moyo masih terus dilestarikan dan juga sering ditampilkan diberbagai acara, baik itu acara adat, hiburan ataupun acara budaya.
Tari Moyo ini termasuk tarian jenis pertunjukan, sehingga dapat difungsikan sebagai hiburan didalam suatu acara ataupun sebagai pertunjukan seni. Selain kaya akan nilai seni, Tarian ini juga kaya akan makna dan nilai filosofi didalamnnya. Salah satu yang sangat terlihat ialah dari gerakan dari tarian ini, yang menggambarkan dari sebuah kehidupan burung Elang yang sedang terbang bebas di angkasa dengan cara mengepakkan ke dua sayapnya.
Tari Piso Surit merupakan tarian tradisional masyarakat suku Batak Karo di Provinsi Sumatera Utara. Tarian ini termasuk tarian selamat datang yang umumnya ditampilkan secara berkelompok oleh para penari wanita dan pria. Nama Tari Piso Surit ini diambil dari kata "peso surit" yang dalam masyarakat Batak Karo yaitu merupakan burung yang suka bernyanyi. Tarian ini menggambarkan seseorang yang sedang menantikan kedatangan kekasihnya. Penantian ini digambarkan bagaikan seekor burung piso surit yang sedang berbunyi seakan memanggil-manggil.
Tari Rondang Bulan adalah salah satu tarian tradisional yang berasal dari Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara. Tarian ini merupakan tarian yang menggambarkan sebuah keceriaan gadis-gadis Mandailing. Ini terlihat dari ekspresi para penari yang mencerminkan keceriaan disepanjang tarian. Tari Rondang Bulan di Tapanuli Selatan ini biasanya ditarikan dengan riang gembira dibawah pancaran sinar bulan purnama. Rondang Bulan ini sendiri dalam bahasa Tapanuli Selatan artinya "terang bulan".
Dalam pertunjukannya, Gerakan tari yang lincah dan juga sedikit riang terlihat dari tarian yang satu ini. Mimik-mimik wajah yang penuh dengan senyum tawa terlihat dari ekspresi wajah para penari yang menampilkan tari ini di atas panggung. Di atas panggung, para penari Tari Rondang Bulan ini melakukan aksi gerakan-gerakan seperti melenggak-lenggok sambil sesekali membentuk lingkaran. Sambil mengitari lingkaran para penari tersebut menjentikan jari jemari dengan sesekali bertepuk tangan.
Tari Serampang Dua Belas merupakan tarian tradisional yang berasal dari Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara. Tarian ini termasuk tarian pergaulan yang dimainkan oleh beberapa para penari pria dan wanita secara berpasangan. Selain kaya nilai seni, tarian ini juga kaya akan makna dan juga nilai-nilai kehidupan didalamnya.
Tari Serampang Dua Belas ini pada dasarnya lebih difungsikan sebagai tarian pertunjukan, dimana dalam tarian ini dapat ditampilkan di acara apapun, baik itu acara hiburan, acara adat, ataupun budaya. Tarian ini sangat kaya akan makna dan nilai-nilai kehidupan didalamnya. Secara garis besar, Tari Serampang Dua Belas ini adalah gambaran dari fase-fase dalam percintaan sepasang kekasih, dari awal pertemuan sampai menuju pelaminan. Dalam tarian ini tentu memiliki makna dan pesan-pesan khusus yang ingin disampaikan, terutama didalam mencari pasangan hidup.
Tari Sigale-gale merupakan tari tradisional yang diperagakan oleh patung dan terbuat dari kayu yang menyerupai seorang manusia. Tarian ini berasal dari Provinsi Sumatra Utara yang dibanggakan oleh masyarakat Batak Toba. Sigale-gale memiliki arti lemah gemulai. Sigale-gale, dapat dikatakan kesenian wayang orang Batak sejak ratusan tahun silam. Cerita dari si gale-gale ini menceritakan tentang seorang anak laki-laki yang amat sangat disayangi oleh ayahnya. Disuku batak seorang anak laki-laki sangat dijunjung tinggi, maka dari itu jika dikeluarga tidak memiliki seorang anak laki-laki, itu menjadi sebuah keburukan bagi suku batak.
Suasana dari pertunjukan tarian boneka Sigale-gale memang sangat menarik serta menghibur. Bayangkan, sebuah boneka yang dibagian belakangnya terdiri dari dua atau tiga seorang dalang ini akan menarik jalur-jalur tali secara anatomis. Boneka yang tingginya hingga mencapai satu setengah meter tersebut diberi kostum tradisonal Batak. Bahkan semua unsur gerak-geriknya di dalam pertunjukan menciptakan kesan seperti seorang model manusia. Kepalanya dapat diputar ke samping kanan dan kiri, mata dan lidahnya juga dapat bergerak, kedua tangan kemudian bergerak seperti tangan-tangan manusia yang dapat menari serta menurunkan badannya lebih rendah, seperti jongkok pada saat menari. Padahal semua gerakan tersebut hanya di atas peti mati, yaitu tempat disimpannya boneka Sigale-gale setelah dipajang atau dimainkan.
Tarian ini merupakan tarian tradisional yang lekat hubungannya dengan budaya tanam dari masyarakat Batak. Tari Tandok menceritakan tentang kegiatan dalam memanen beras dengan menggunakan tandok yang dilakukan oleh para ibu-ibu di ladang. Selain itu, didalam tarian ini juga terkandung arti penting akan nilai-nilai kekeluargaan diantara sesama masyarakat.
Para penari tandok ini umumnya seorang perempuan yang mengenakan pakaian tradisional Batak yang lebih didominasi oleh warna hitam dan merah. Properti yang digunakan pada Tari Tandok diantara adalah tandok itu sendiri, ulos, dan kain sarung. Tari Tandok ini biasanya ditarikan oleh 4 (empat) orang penari, namun hal tersebut tidak menjadi pakem, sehingga tarian ini dapat ditarikan lebih dari 4 (empat) orang yang jumlahnya selalu genap.
Sedangkan pada garapan musik tari tradisional masyarakat Tapanuli Utara ini biasanya diiringi oleh musik Gondang. Sama halnya dengan gamelan yang ada di Jawa dan Bali, Gondang ini juga merupakan alat musik ansambel yang sistem dari tangga nadanya memiliki variasi. Jika pada gamelan Jawa dan Bali variasi musik yang dihasilkan bergantung dari kemahiran pemain Salendro, maka pada Gondang variasi tersebut bergantung dari pemain Sarune dan Taganing.
Tari tor tor merupakan salah satu tarian tradisional yan berasal dari kebudayaan masyarakat Batak, Provinsi Sumatera Utara. Awalnya tarian ini hanya dikenal sebagian masyarakat suku batak yang meliputi daerah di sekitar Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Samosir, dan Toba Samosir. Adapun karena keunikan dan juga nilai filosofis yang terkandung di dalamnya, tarian ini sekarang sudah dikenal bahkan sampai ke mancanegara.
Menurut sejarahnya, tari tor tor ini diperkirakan sudah ada sejak zaman batak purba. Di masa itu, tarian ini dipakai untuk tari persembahan bagi roh nenek moyangnya. Penggunaan properti berupa patung yang terbuat dari batu adalah ciri khas utama dari pertunjukan tari bernama tor tor di masa lampau. Patung batu ini bisa bergerak dan menari seiring dengan bunyi tetabuhan musik sesudah dimasuki oleh roh nenek moyang.
Saat ini, penggunaan tari tor tor sebagai sarana ritual keagamaan sudah beralih fungsi sebagai sarana hiburan sekaligus juga media komunikasi diantara sesama warga. Oleh sebab itu, tari tor tor ini dibagi ke dalam 3 peruntukan, yakni tor tor pangurason, tor tor sipitu cawan, dan tor tor tunggal panaluan.
Tari Fataele merupakan tarian tradisional yang berasal dari Nias, Provinsi Sumatera Utara. Tarian ini adalah tari perang dan merupakan bagian dari tradisi khas Nias yang berkaitan sangat erat dengan tradisi hombo batu, yaitu tradisi lompat batu dikarenakan lahirnya tarian ini bersamaan dengan tradisi hombo batu. Tarian ini merupakan salah satu tarian tradisional yang sangat terkenal di Provinsi Sumatera Utara, terutama di daerah asalnya yaitu di Nias.
Dalam pertunjukannya, para penari akan membawa Pedang (gari), Tameng (baluse), dan Tombak (toho) sebagai propertinya. Tameng yang dipakai umumnya terbuat dari bahan dasar kayu bebentuk seperti daun pisang dan dipegang ditangan kiri. Sedangkan pada pedang atau tombak akan dipegang ditangan kanan. Kedua senjata tersebut merupakan senjata utama yang dipakai para kesatria Nias dalam berperang.
1. Tari Huda Huda
Tari Huda Huda
Tari Huda Huda merupakan tarian tradisional yang berasal dari Kab. Simalungun. Tarian ini dipertunjukan hanya disaat upacara kematian bagi orang yang sudah lanjut usia di Kab. Simalungun. Tujuan tarian ini adalah untuk menghibur keluarga yang telah ditinggalkannya dan juga sebagai hiburan bagi para pelayat. Perkembangan dari tarian ini semula hanya digunakan oleh keluarga kerajaan, namun berkembang dan digunakan oleh masyarakat Simalungan dari berbagai kelas sosial.
2. Tari Maena
Tari Maena
Tari Maena merupakan salah satu tarian tradisional yang berasal dari Nias, Provinsi Sumatera Utara. Tarian ini termasuk dari jenis tarian rakyat yang dilakukan secara masal atau bersama-sama. Menurut sejarah, Tari Maena ini merupakan salah satu tarian tradisional dari masyarakat suku Nias yang telah ada sejak dahulu kala, dan telah diwariskan secara turu-temurun sampai saat ini. Sejak dahulu tari maena ini sering dilakukan sebagai bagian dari seremonial adat masyarakat suku Nias. Kebiasaan ini kemudiaan terus berlanjut dan masih sering dilakukan sampai saat ini.
Tari Maena ini difungsikan sebagai tarian hiburan atau bagian dari prosesi seremonial acara. Bagi masyarakat suku Nias sendiri, tari maena tentu memiliki makna khusus didalamnya, salah satunya ialah makna persatuan dan kebersamaan. Hal tersebut juga terlihat dari bagaimana mereka menari serta melakukannya secara bersama-sama dengan rasa penuh suka cita. Semakin banyak yang mengikuti, maka suasana acara akan menjadi semakin hangat dan juga meriah.
3. Tari Moyo
Tari Moyo
Tari Moyo merupakan tarian tradisional yang berasal dari Nias, Provinsi Sumatera Utara. Tarian ini juga sering disebut dengan Tari Elang, dikarenakan gerakannya hampir mirip dengan gerakan burung Elang yang sedang terbang. Tari Moyo ini biasanya akan ditarikan oleh para penari wanita.
Asal usul tentang Tari Moyo ini sebenarnya masih belum dapat diketahui secara pasti. Namun dari beberapa sumber yang ada, tarian moyo ini telah ada sejak ratusan tahun yang lalu. Konon Tari Moyo ini dahulunya hanya ditampilkan dikalangan masyarakat bangsawan saja, yang memiliki para penari khusus dalam melakukan tarian ini. Namun seiring perkembangan zaman, tarian ini mulai dikenal oleh masyarakat bawah dan juga mulai sering dipelajari, khususnya bagi para gadis dimasa itu. Sampai kini Tari Moyo masih terus dilestarikan dan juga sering ditampilkan diberbagai acara, baik itu acara adat, hiburan ataupun acara budaya.
Tari Moyo ini termasuk tarian jenis pertunjukan, sehingga dapat difungsikan sebagai hiburan didalam suatu acara ataupun sebagai pertunjukan seni. Selain kaya akan nilai seni, Tarian ini juga kaya akan makna dan nilai filosofi didalamnnya. Salah satu yang sangat terlihat ialah dari gerakan dari tarian ini, yang menggambarkan dari sebuah kehidupan burung Elang yang sedang terbang bebas di angkasa dengan cara mengepakkan ke dua sayapnya.
4. Tari Piso Surit
Tari Piso Surit
Tari Piso Surit merupakan tarian tradisional masyarakat suku Batak Karo di Provinsi Sumatera Utara. Tarian ini termasuk tarian selamat datang yang umumnya ditampilkan secara berkelompok oleh para penari wanita dan pria. Nama Tari Piso Surit ini diambil dari kata "peso surit" yang dalam masyarakat Batak Karo yaitu merupakan burung yang suka bernyanyi. Tarian ini menggambarkan seseorang yang sedang menantikan kedatangan kekasihnya. Penantian ini digambarkan bagaikan seekor burung piso surit yang sedang berbunyi seakan memanggil-manggil.
5. Tari Rondang Bulan
Tari Rondang Bulan
Tari Rondang Bulan adalah salah satu tarian tradisional yang berasal dari Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara. Tarian ini merupakan tarian yang menggambarkan sebuah keceriaan gadis-gadis Mandailing. Ini terlihat dari ekspresi para penari yang mencerminkan keceriaan disepanjang tarian. Tari Rondang Bulan di Tapanuli Selatan ini biasanya ditarikan dengan riang gembira dibawah pancaran sinar bulan purnama. Rondang Bulan ini sendiri dalam bahasa Tapanuli Selatan artinya "terang bulan".
Dalam pertunjukannya, Gerakan tari yang lincah dan juga sedikit riang terlihat dari tarian yang satu ini. Mimik-mimik wajah yang penuh dengan senyum tawa terlihat dari ekspresi wajah para penari yang menampilkan tari ini di atas panggung. Di atas panggung, para penari Tari Rondang Bulan ini melakukan aksi gerakan-gerakan seperti melenggak-lenggok sambil sesekali membentuk lingkaran. Sambil mengitari lingkaran para penari tersebut menjentikan jari jemari dengan sesekali bertepuk tangan.
6. Tari Serampang Dua Belas
Tari Serampang Dua Belas
Tari Serampang Dua Belas merupakan tarian tradisional yang berasal dari Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara. Tarian ini termasuk tarian pergaulan yang dimainkan oleh beberapa para penari pria dan wanita secara berpasangan. Selain kaya nilai seni, tarian ini juga kaya akan makna dan juga nilai-nilai kehidupan didalamnya.
Tari Serampang Dua Belas ini pada dasarnya lebih difungsikan sebagai tarian pertunjukan, dimana dalam tarian ini dapat ditampilkan di acara apapun, baik itu acara hiburan, acara adat, ataupun budaya. Tarian ini sangat kaya akan makna dan nilai-nilai kehidupan didalamnya. Secara garis besar, Tari Serampang Dua Belas ini adalah gambaran dari fase-fase dalam percintaan sepasang kekasih, dari awal pertemuan sampai menuju pelaminan. Dalam tarian ini tentu memiliki makna dan pesan-pesan khusus yang ingin disampaikan, terutama didalam mencari pasangan hidup.
7. Tari Sigale-Gale
Tari Sigale-Gale
Tari Sigale-gale merupakan tari tradisional yang diperagakan oleh patung dan terbuat dari kayu yang menyerupai seorang manusia. Tarian ini berasal dari Provinsi Sumatra Utara yang dibanggakan oleh masyarakat Batak Toba. Sigale-gale memiliki arti lemah gemulai. Sigale-gale, dapat dikatakan kesenian wayang orang Batak sejak ratusan tahun silam. Cerita dari si gale-gale ini menceritakan tentang seorang anak laki-laki yang amat sangat disayangi oleh ayahnya. Disuku batak seorang anak laki-laki sangat dijunjung tinggi, maka dari itu jika dikeluarga tidak memiliki seorang anak laki-laki, itu menjadi sebuah keburukan bagi suku batak.
Suasana dari pertunjukan tarian boneka Sigale-gale memang sangat menarik serta menghibur. Bayangkan, sebuah boneka yang dibagian belakangnya terdiri dari dua atau tiga seorang dalang ini akan menarik jalur-jalur tali secara anatomis. Boneka yang tingginya hingga mencapai satu setengah meter tersebut diberi kostum tradisonal Batak. Bahkan semua unsur gerak-geriknya di dalam pertunjukan menciptakan kesan seperti seorang model manusia. Kepalanya dapat diputar ke samping kanan dan kiri, mata dan lidahnya juga dapat bergerak, kedua tangan kemudian bergerak seperti tangan-tangan manusia yang dapat menari serta menurunkan badannya lebih rendah, seperti jongkok pada saat menari. Padahal semua gerakan tersebut hanya di atas peti mati, yaitu tempat disimpannya boneka Sigale-gale setelah dipajang atau dimainkan.
8. Tari Tandok
Tari Tandok
Tarian ini merupakan tarian tradisional yang lekat hubungannya dengan budaya tanam dari masyarakat Batak. Tari Tandok menceritakan tentang kegiatan dalam memanen beras dengan menggunakan tandok yang dilakukan oleh para ibu-ibu di ladang. Selain itu, didalam tarian ini juga terkandung arti penting akan nilai-nilai kekeluargaan diantara sesama masyarakat.
Para penari tandok ini umumnya seorang perempuan yang mengenakan pakaian tradisional Batak yang lebih didominasi oleh warna hitam dan merah. Properti yang digunakan pada Tari Tandok diantara adalah tandok itu sendiri, ulos, dan kain sarung. Tari Tandok ini biasanya ditarikan oleh 4 (empat) orang penari, namun hal tersebut tidak menjadi pakem, sehingga tarian ini dapat ditarikan lebih dari 4 (empat) orang yang jumlahnya selalu genap.
Sedangkan pada garapan musik tari tradisional masyarakat Tapanuli Utara ini biasanya diiringi oleh musik Gondang. Sama halnya dengan gamelan yang ada di Jawa dan Bali, Gondang ini juga merupakan alat musik ansambel yang sistem dari tangga nadanya memiliki variasi. Jika pada gamelan Jawa dan Bali variasi musik yang dihasilkan bergantung dari kemahiran pemain Salendro, maka pada Gondang variasi tersebut bergantung dari pemain Sarune dan Taganing.
9. Tari Tor Tor
Tari Tor Tor
Tari tor tor merupakan salah satu tarian tradisional yan berasal dari kebudayaan masyarakat Batak, Provinsi Sumatera Utara. Awalnya tarian ini hanya dikenal sebagian masyarakat suku batak yang meliputi daerah di sekitar Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Samosir, dan Toba Samosir. Adapun karena keunikan dan juga nilai filosofis yang terkandung di dalamnya, tarian ini sekarang sudah dikenal bahkan sampai ke mancanegara.
Menurut sejarahnya, tari tor tor ini diperkirakan sudah ada sejak zaman batak purba. Di masa itu, tarian ini dipakai untuk tari persembahan bagi roh nenek moyangnya. Penggunaan properti berupa patung yang terbuat dari batu adalah ciri khas utama dari pertunjukan tari bernama tor tor di masa lampau. Patung batu ini bisa bergerak dan menari seiring dengan bunyi tetabuhan musik sesudah dimasuki oleh roh nenek moyang.
Saat ini, penggunaan tari tor tor sebagai sarana ritual keagamaan sudah beralih fungsi sebagai sarana hiburan sekaligus juga media komunikasi diantara sesama warga. Oleh sebab itu, tari tor tor ini dibagi ke dalam 3 peruntukan, yakni tor tor pangurason, tor tor sipitu cawan, dan tor tor tunggal panaluan.
10. Tari Fataele
Tari Fataele
Tari Fataele merupakan tarian tradisional yang berasal dari Nias, Provinsi Sumatera Utara. Tarian ini adalah tari perang dan merupakan bagian dari tradisi khas Nias yang berkaitan sangat erat dengan tradisi hombo batu, yaitu tradisi lompat batu dikarenakan lahirnya tarian ini bersamaan dengan tradisi hombo batu. Tarian ini merupakan salah satu tarian tradisional yang sangat terkenal di Provinsi Sumatera Utara, terutama di daerah asalnya yaitu di Nias.
Dalam pertunjukannya, para penari akan membawa Pedang (gari), Tameng (baluse), dan Tombak (toho) sebagai propertinya. Tameng yang dipakai umumnya terbuat dari bahan dasar kayu bebentuk seperti daun pisang dan dipegang ditangan kiri. Sedangkan pada pedang atau tombak akan dipegang ditangan kanan. Kedua senjata tersebut merupakan senjata utama yang dipakai para kesatria Nias dalam berperang.
Patut Kamu Baca:
- Tarian Tradisional Dari Maluku Utara Dan Penjelasannya
- Tarian Tradisional Dari NTB Dan Penjelasannya
- Bambu Gila, Kesenian Mistis Dari Maluku
- Tari Oncer, Tarian Tradisional Suku Sasak di Lombok NTB
- Tarian Tradisional Dari Provinsi Sulawesi Barat
- Tarian Tradisional Dari Sulawesi Tenggara Dan Penjelasannya
- Tarian Tradisional Dari Sulawesi Utara Dan Penjelasannya
- Tarian Tradisional Dari Sumatera Barat Dan Penjelasannya
- Tari Randai, Tarian Tradisional Dari Sumatera Barat
- Tari Rantak, Tarian Tradisional Dari Sumatera Barat
- Tari Alang Babega, Tarian Tradisional Dari Sumatera Barat
- Tarian Tradisional Dari Sumatera Selatan Dan Penjelasannya
- Tari Tanggai, Tarian Tradisional Dari Palembang Sumatera Selatan
- Tari Pagar Pengantin, Tarian Tradisional Dari Palembang Sumatera Selatan
- Tarian Tradisional Dari Sumatera Utara Dan Penjelasannya