Cintaindonesia.web.id - Provinsi
Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan sebuah provinsi yang dahulunya
merupakan bagian dari kepulauan Sunda Kecil. Sesuai dengan namanya,
provinsi NTT ini terdiri dari beberapa pulau yang diantaranya adalah
Pulau Flores, Sabu, Adonara, Solor, Komodo, Sumba, Timor, Alor, Lembata,
Rote, dan Pulau Palue. Keberagaman dari suku yang tinggal di
pulau-pulau ini membuat kebudayaan dan juga tradisi yang sangat
heterogen serta saling membaur satu sama lain di Provinsi Nusa Tenggara
Timur. Salah satu bentuk kebudayaan tersebut adalah pada tarian
tradisionalnya. Nah apa sajakah tarian tradisioanal yang berasal dari
NTT tersebut? berikut ini penjelasannya.
1. Tari Atoni Meto
Tari Atoni Meto
Tarian ini merupakan gambaran dari para pemuda Suku Dawan yang pandai berburu dengan daun lontar. Suku Dawan merupakan salah satu suku tertua dan juga terbesar yang ada di Pulau Timor, Nusa Tenggara Timur (NTT). Tanah Dawan, begitu sebutan wilayah tempat tinggal bagi suku ini. Tanah Dawan merupakan kawasan yang kering dengan curah hujan yang sangat rendah pada setiap tahunnya. Meskipun begitu, Nusa Tenggara Timur menjadi salah satu kawasan yang paling dipenuhi oleh pohon silawan. Karenanya, daun lontar ini memiliki kedudukan khusus didalam berbagai bentuk kesenian dan juga tradisi masyarakat adat Suku Dawan.
Secara umum, tari kreasi atoni meto ini merupakan tarian muda-mudi yang dipentaskan oleh 4 (empat) - 6 (enam) pasang pria dan wanita. Para penari biasanya mengenakan pakaian adat khas Nusa Tenggara Timur yang telah dimodifikasi dibeberapa bagiannya. Daun lontar menjadi properti utama yang dapat diubah fungsi menjadi pelengkap pakaian yang digunakan para penari. Hal tersebut dapat dilihat ketika properti wadah air yang terbuat dari daun lontar berubah fungsi menjadi sebuah hiasan kepala wanita penari.
2. Tari Bidu
Tari Bidu
Tari Bidu adalah tarian tradisional dari daerah Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Tarian ini biasanya ditampilkan oleh beberapa para penari pria dan penari wanita dengan busana adat dan menari dengan gerakan yang sangat khas. Tari Bidu ini merupakan salah satu dari tarian tradisional yang cukup terkenal di masyarakat Belu. Konon, Tarian ini dahulunya digunakan oleh masyarakat disana sebagai media pencarian jodoh bagi para pemuda-pemudi.
3. Tari Caci
Tari Caci
Tari Caci adalah salah satu kesenian tradisional sejenis tarian perang khas dari masyarakat Manggarai di Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara timur. Tarian ini merupakan tarian tradisional yang dimainkan oleh 2 (dua) para penari laki-laki yang menari dan juga saling bertarung dengan menggunakan cambuk dan sebuah perisai sebagai senjatanya.
Menurut sejarah, Tari Caci ini berawal dari sebuah tradisi masyarakat Manggarai dimana para laki-laki akan saling bertarung satu lawan satu untuk menguji keberanian dan juga ketangkasan mereka dalam bertarung. Tarian ini kemudian berkembang menjadi kesenian dimana ada gerakan tari, lagu, dan juga musik pengiring dalam memeriahkan acara. Nama Tari Caci ini sendiri berasal dari kata ca yang berarti satu dan kata ci yang berarti uji. Sehingga caci ini dapat diartikan sebagai uji ketangkasan dengan cara satu lawan satu.
4. Tari Cerana
Tari Cerana
Tari Cerana adalah tarian penyambutan atau tarian selamat datang yang khas dari Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Tarian ini biasanya akan diakhiri dengan menyajikan sirih dan pinang sebagai simbol dari penerimaan masyarakat terhadap tamunya dengan hati yang tulus, bersih dan juga penuh kasih. Kemudian tamu yang datang akan mengunyah sirih dan pinang yang telah diberikan sebagai simbol bahwa tamu tersebut juga menyambut baik apa yang diberikan oleh masyarakat, sehingga akan terjalin suatu hubungan yang baik diantara mereka.
Tari Cerana dahulunya merupakan tarian yang sering digunakan masyarakat Kupang sebagai tarian penyambutan bagi para bangsawan, orang yang dituakan maupun tamu penting. Tarian ini dilakukan sebagai rasa penghormatan kepada tamu yang datang. Selain di daerah Kupang, Tari Cerana ini juga sangat populer dibeberapa daerah lain disekitarnya seperti di daerah Rote Ndao, Timor Tengah Utara(TTU), dan juga di Timor Tengah Selatan(TTS).
5. Tari Gawi
Tari Gawi
Tari Gawi adalah salah satu tarian tradisional dari Ende, Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Tarian ini merupakan tarian adat dari masyarakat suku Ende Lio sebagai ungkapan rasa syukur atas segala berkat dan rahmat yang telah diberikan oleh Tuhan kepada mereka. Dalam pertunjukannya Tari Gawi ini dilakukan secara masal dengan cara saling berpegangan tangan dan membentuk sebuah formasi seperti lingkaran yang menjadi ciri khas ditarian ini. Tari Gawi sering ditampilkan dalam sebuah upacara seperti pada saat selesai panen, pembangunan rumah adat, pengangkatan kepala suku dan diacara adat lainnya.
Tari Gawi ini merupakan salah satu tarian dari suku Ende Lio yang tertua dan telah ada sejak jaman leluhur mereka dahulu. Menurut sumber sejarah yang ada, Tari Gawi ini sejak dahulu sering ditampilkan dalam upacara atau ritual adat masyarakat Ende Lio. Tari Gawi ini biasanya akan ditampilkan dibagian akhir acara sebagai penutup dan merupakan ungkapan dari rasa syukur atas berkat dan rahmat yang telah diberikan oleh Tuhan kepada mereka. Nama Tari Gawi ini sendiri berasal dari 2 (dua) kata yaitu “Ga” yang berarti segan atau sungkan dan ” Wi” yang berarti menarik, jadi Tari Gawi juga bisa diartikan menyatukan diri.
6. Tari Hedung
Tari Hedung
Tari Hedung adalah salah satu tarian tradisional sejenis tarian perang masyarakat Adonara, Flores Timur, Provinsi NTT. Tari Hedung ini awalnya hanya merupakan tarian-tarian perang dan bagian dari ritual dari masyarakat Adonara dalam mengantar serta menyambut para pahlawan dari medan perang. Namun dengan seiring dengan perkembangan zaman, fungsi tersebut kemudian berubah dan memiliki makna yang berbeda. Pada saat ini Tari Hedung dimaknai oleh masyarakat Adonara sebagai tari penghormatan kepada para leluhur. Selain itu juga tarian ini untuk mengenalkan dan mengingatkan kepada para generasi muda akan tradisi, budaya, serta jiwa kepahlawanan pada leluhur mereka dulu.
Menurut sejarahnya, pada zaman dahulu di Adonara sering sekali terjadi perang tanding, baik itu antar suku maupun antar kampung. Sebelum mereka berangkat menuju medan perang, mereka akan berkumpul untuk melakukan Tari Hedung dan sebuah ritual agar diberikan keselamatan untuk mereka yang akan pergi ke medan perang. Hal tersebut juga dilakukan pada saat mereka pulang dari medan perang, para penari akan menyambut para pahlawan dengan Tari Hedung. Nama hedung ini sendiri diambil dari kata hedung, yang dapat berarti menang.
7. Tari Hegong
Tari Hegong
Tari Hegong adalah tarian tradisional dari Maumere, Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Tarian ini biasanya dimainkan secara berkelompok oleh para penari pria dan wanita dengan berpakaian adat dan diiringi oleh musik Gong Waning. Sejarah tentang Tari Hegong ini masih belum dapat diketahui secara pasti, namun menurut beberapa sumber mengatakan bahwa tarian ini pada awalnya merupakan tarian adat dan sering ditampilkan diupacara-upacara adat masyarakat Maumere. Selain itu juga tarian ini digunakan sebagai tarian penyambutan para tamu penting yang sedang datang kesana. S
8. Tari Ja’i
Tari Ja’i
Tari Ja’i adalah tarian tradisional yang berasal dari masyarakat Ngada di Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Tarian ini merupakan tarian tradisional yang dilakukan secara masal yang oleh masyarakat di sana sebagai ungkapan rasa syukur dan juga kegembiraan. Bagi masyarakat Ngada, selain digunakan sebagai ungkapan rasa syukur, Tari Ja’i juga mempunyai nilai-nilai kehidupan masyarakat yang sangat penting.
9. Tari Kabokang
Tari Kabokang
Tari Kabokang adalah tarian tradisional yang berasal dari Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). Tarian ini umumnya dimainkan oleh para penari wanita yang menari dengan gerakan yang anggun dan sangat khas. Awalnya tarian ini merupakan tarian sakral yang sering digunakan oleh masyarakat untuk menyambut kedatangan dari raja atau bangsawan.
Dalam pertunjukannya, Tari Kabokang ini biasanya ditampilkan oleh 4 sampai 6 orang penari wanita. Dengan berpakaian busana khas dan juga diiringi dengan musik tradisional, para penari menari dengan gerakan yang anggun. Gerakan dalam Tari Kabokang ini lebih didominasi dengan gerakan kaki yang khas dan juga gerakan tangan dalam memainkan kain panjang yang dikenakan oleh para penari. Sedangkan gerakan tubuh para penari juga bergerak melenggak-lenggok mengikuti dari gerakan kaki dan juga tangan para penari.
10. Tari Kataga
Tari Kataga
Tari Kataga adalah salah satu tarian tradisional sejenis tarian perang yang khas dari Sumba Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Tarian ini biasanya dimainkan oleh para penari pria dengan menggunakan kostum adat dan dilengkapi senjata seperti pedang dan perisai. Tari Kataga ini merupakan salah satu tarian tradisional di Indonesia yang mempunyai nilai seni, filosofis, dan historis. Nilai seni ini terlihat dari gerakan para penari yang merupakan perpaduan antara seni tari dan seni perang dari masyarakat Sumba. Setiap gerakan dari Tari Kataga juga memiliki filosofi dan makna tersendiri. Selain itu juga Tari Kataga merupakan tarian yang diangkat dari sejarah masyarakat Sumba pada zaman dahulu, sehingga akan kaya akan nilai historis.
11. Tari Ledo Hawu
Tari Ledo Hawu
Tari Ledo Hawu adalah tarian tradisional dari daerah Sabu Raijua, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Pada zaman dahulu, tarian ini hanya ditampilkan sebagai bagian dari upacara kematian untuk kaum tertentu seperti kaum bangsawan, tokoh adat, ataupun kepala suku. Karena merupakan tarian yang dianggap sakral, maka tarian ini hanya dilakukan oleh penari dari suku tertentu yang memiliki kedudukan yang tertinggi di masyarakat Sabu.
Bagi masyarakat Sabu, Tari Ledo Hawu ini dilakukan untuk menjauhkan dari roh-roh jahat atau tolak bala dan menghantarkan arwah yang telah meninggal menuju tempat peristirahatan abadi. Selain itu juga Tari Ledo Hawu dimaksudkan untuk menghibur keluarga yang telah ditinggalkan agar tidak berlarut dalam berduka.
12. Tari Lego Lego
Tari Lego Lego
Tari Lego Lego adalah tarian tradisional masyarakat di Pulau Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Tari Lego Lego merupakan tarian tradisional yang diwariskan secara turun-temurun oleh masyarakat Alor dan sampai saat ini masih terus dilestarikan. Tarian ini awalnya merupakan tarian yang sering diadakan pada saat upacara adat atau setelah melakukan kegiatan bersama sebagai ungkapan dari rasa syukur dan kegembiraan mereka. Ungkapan rasa syukur ini mereka lakukan dengan mengelilingi Mesbah sambil bergandengan dan juga menyanyikan lagu-lagu pujian kepada Tuhan. Mesbah sendiri merupakan suatu benda yang disakralkan oleh masyarakat di Pulau Alor.
Selain itu didalam tarian ini juga menggambarkan semangat persatuan serta kebersamaan masyarakat Alor yang terjalin erat melalui gerak tarian. Hal tersebut terlihat dari para penari yang saling bergandengan dan juga berkumpul menjadi satu untuk merayakannya bersama tanpa membedakan jenis kelamin, status sosial, dan lain sebagainya.
13. Tari Likurai
Tari Likurai
Tari Likurai adalah salah satu tarian tradisional sejenis tarian perang yang berasal dari daerah Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Tarian ini awalnya adalah tarian yang sering ditampilkan dalam menyambut para pahlawan yang pulang dari medan peperangan. Konon pada zaman dahulu di daerah Belu ini terdapat tradisi memenggal kepala musuh. Sehingga pada saat mereka pulang dari medan perang selalu membawa kepala musuh yang telah mereka dikalahkannya sebagai simbol dari keperkasaannya. Untuk merayakan kemenangan ini, biasanya ditampilkan Tari Likurai sebagai tarian penyambutan.
Pada saat ini Tari Likurai hanya lebih difungsikan sebagai tarian penyambutan bagi para tamu penting yang sedang datang ke sana. Tarian ini dilakukan sebagai wujud dari penghormatan masyarakat dalam menyambut kedatangan para tamu tersebut. Selain itu juga tarian ini menggambarkan ungkapan rasa syukur dan juga gembira masyarakat dalam menyambut para tamu mereka.
14. Tari Padoa
Tari Padoa
Tari Padoa adalah tarian tradisional dari daerah Sabu Raijua, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Tarian ini biasanya dilakukan secara masal baik itu pria maupun wanita, mereka berkumpul dan menari dengan membentuk formasi melingkar yang menjadi ciri khasnya. Tari Padoa merupakan tarian adat yang telah diwariskan secara turun temurun dimasyarakat Sabu, dan masih sering dilakukan sampai saat ini.
Bagi masyarakat Sabu, Tari Padoa ini tentu memiliki makna khusus didalamnya, salah satunya adalah untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan juga ungkapan rasa syukur atas nikmat yang telah diberikan Tuhan kepada mereka. Selain itu tarian ini juga merupakan salah satu media dalam mempererat persatuan dan kebersamaan mereka. Hal tersebut dapat dilihat dari bentuk tarian ini, dimana mereka akan berkumpul dan menari bersama tanpa membedakan jenis kelamin maupun status sosial mereka.
15. Tari Rangkuk Alu
Tari Rangkuk Alu
Tari Rangkuk Alu adalah tarian tradisional yang berasal dari daerah Manggarai, Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Tari Rangkuk Alu merupakan kreasi seni yang tercipta dan berawal dari sebuah permainan tradisional Rangkuk Alu atau Rangku Alu. Rangkuk Alu ini sendiri merupakan permainan tradisional yang menggunakan bambu sebagai alat dalam permainannya. Dalam tarian ini, permainan tersebut dikreasikan dengan berbagai macam gerakan dan pengiring sehingga akan menghasilkan sebuah kreasi seni yang sangat khas.
Selain sebagai sarana hiburan, Tari Rangkuk Alu juga dapat menjadi sarana edukasi dan pembentukan diri. Dalam memainkan Tari Rangkuk Alu ini dapat melatih kelincahan dan melatih ketepatan didalam bertindak. Selain itu bagi masyarkat disana, tarian ini tentunya juga mengandung nilai-nilai filosofis dan spiritual yang terkandung didalamnya.
16. Tari Tea Eku
Tari Tea Eku
Tari Tea Eku adalah tarian tradisional yang berasal dari daerah Nagekeo, Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Tarian ini dimainkan oleh beberapa penari perempuan yang menari dengan menggunakan sapu tangan atau kain kecil sebagai atribut dalam menarinya. Tari Tea Eku dahulunya sering ditampilkan diacara pesta adat masyarakat disana. Nama Tari Tea Eku sendiri diambil dari kata Tea dan Eku. Tea berarti getar, hal ini dapat dilihat dari gerakan kaki para penari yang mengetaran irama musik. Sedangkan kata Eku berarti lambaian sapu tangan, hal ini dapat dilihat dari atribut yang digunakan, yakni sapu tangan.
17. Tari Woleka
Tari Woleka
Tari Woleka adalah salah satu tarian tradisional yang berasal dari Sumba Barat Daya, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Tarian ini merupakan tarian selamat datang atau penyambutan. Tari Woleka biasanya ditarikan oleh beberapa penari pria dan wanita dengan gerakan yang sangat khas.
Asal mula dari Tari Woleka ini masih belum diketahui secara pasti, namun menurut beberapa sumber yang ada mengatakan bahwa tarian ini awalnya ditampilkan untuk menyambut dan juga mengiringi para tamu penting atau seorang bangsawan yang datang ke sana.
18. Tari Foti Lalendo
Tari Foti Lalendo
Tari Foti Lalendo adalah tarian tradisional dari Rote Ndao, Nusa Provinsi Tenggara Timur (NTT). Tarian foti lalendo ini biasanya akan ditampilkan sebagai tarian selamat datang atau tarian penyambutan diberbagai acara. Tarian ini menggambarkan rasa gembira dalam menyambut kedatangan para tamu yang diiringinya. Hal ini dapat dilihat dari gerakan dan ekspresi dari para penari wanita pada saat mengiringi kedatangan tamu atau pengantin. Selain digunakan sebagai tarian penyambutan, tarian ini juga menjadi tontonan yang menghibur. Gerakan para penari pria pada saat menarikan Tari Foti yang khas dan juga atraktif kadang sering menampilkan gerakan yang lucu sehingga dapat memeriahkan pertunjukan.
Tarian ini dahulunya digunakan untuk menyambut kedatangan para prajurit pada saat pulang dari medan perang. Selain itu juga Tari Foti Lalendo digunakan untuk menyambut para tamu penting atau tamu kehormatan yang sedang datang ke sana. Di saat ini, Tari Foti Lalendo memiliki fungsi yang lebih banyak. Tarian ini juga sering ditampilkan dalam memeriahkan berbagai acara seperti pernikahan, pertunjukan seni dan lain sebagainya.
19. Tari Kandingang
Tari Kandingang
Tari Kandingang adalah tarian tradisional dari Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Tarian ini biasanya dimainkan oleh penari perempuan dengan menggunakan rumbai-rumbaian yang terbuat dari ekor binatang kuda sebagai atribut dalam menarinya. Tarian ini dahulunya sering ditampilkan untuk upacara adat besar dari masyarakat Sumba Timur seperti pernikahan dan juga penyambutan tamu penting atau bangsawan. Saat ini Tari Kandingang telah mulai jarang ditemukan seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern.
20. Tari Kebalai
Tari Kebalai
Tari Kebalai merupakan tarian tradisional yang berasal dari Rote Ndao, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pada zaman dahulu, tarian ini sering dilakukan pada saat setelah acara pemakaman adat. Setelah upacara pemakaman selesai, para keluarga, kerabat, ataupun para tamu yang datang akan berkumpul dan melakukan tarian ini. Tari Kebalai ini dilakukan bertujuan untuk menghibur keluarga yang sedang berduka, sehingga keluarga yang telah ditinggalkan tidak terlarut dalam duka yang mendalam.Seiring perkembangan zaman, tarian ini tidak hanya dilakukan pada saat acara pemakaman, namun juga sering ditampilkan diberbagai acara yang bersifat hiburan seperti acara adat, penyambutan, perayaan dan pertunjukan seni budaya.
Tarian ini tergolong tarian yang sifatnya pergaulan atau hiburan yang biasanya akan dilakukan secara masal oleh masyarakat disana. Selain berfungsi untuk hiburan, tarian ini juga dimaknai sebagai dukungan untuk keluarga yang sedang berduka agar tetap tabah dan bangkit dari rasa duka. Nilai-nilai kebersamaan serta persatuan sangat terasa dalam tarian ini, dimana mereka akan berkumpul untuk menyatukan rasa dan akan saling mendukung salah satu dari mereka sedang berduka. Selain itu juga tarian ini dijadikan sebagai media dalam mempererat hubungan sosial yang telah terjalin diantara mereka.
21. Tari Toja Bobu
Tari Toja Bobu
Toja Bobu yang didalam bahasa Sikka Provinsi Nusa Tenggara Timur ini artinya adalah tarian topeng. Tarian ini biasanya dipentaskan untuk menyambut para tamu yang sangat dihormati. Salah satu tamu agung yang sangat dihormati dari masyarakat Sikka adalah Simo Ana Yesus (Isa Al-Masih) yang datang disaat Natal. Sehari setelah melakukan misa Natal, masyarakat dari Sikka ini biasanya menggelar tarian topeng yang bernama Toja Bobu. Tarian ini dimaksudkan sebagai simbol menerima kedatangan dari Simo Ana Yesus dengan hati yang sangat terbuka.
Menurut catatan sejarah, lahirnya dari Katolik di Sikka ini dipelopori oleh Raja Sikka yang bernama bernama MOang Lesu Liardira Wa Ngang. Pada abad ke-14, ketika itu Raja bertemu rombongan kapal Portugis, beliau dibaptis oleh seorang pastor dari Portugis. Setelah itu sang raja dibaptis, namanya pun kemudian diubah menjadi Don Alexius Ximenes da Silva. Setelah kembali ke Sikka, sang Raja membangun sebuah gereja kecil di dekat istananya. Sejak itulah penyebar agama Katolik dari Portugis rajin mengunjungi Sikka. Tarian topeng toja bobu ini merupakan salah satu budaya peninggalan dari bangsa Portugis yang sampai saat ini masih dilestarikan.
Patut Kamu Baca:
- Tarian Tradisional Dari Maluku Utara Dan Penjelasannya
- Tarian Tradisional Dari NTB Dan Penjelasannya
- Bambu Gila, Kesenian Mistis Dari Maluku
- Tari Oncer, Tarian Tradisional Suku Sasak di Lombok NTB
- Tarian Tradisional Dari Provinsi Sulawesi Barat
- Tarian Tradisional Dari Sulawesi Tenggara Dan Penjelasannya
- Tarian Tradisional Dari Sulawesi Utara Dan Penjelasannya
- Tarian Tradisional Dari Sumatera Barat Dan Penjelasannya
- Tari Randai, Tarian Tradisional Dari Sumatera Barat
- Tari Rantak, Tarian Tradisional Dari Sumatera Barat
- Tari Alang Babega, Tarian Tradisional Dari Sumatera Barat
- Tarian Tradisional Dari Sumatera Selatan Dan Penjelasannya
- Tari Tanggai, Tarian Tradisional Dari Palembang Sumatera Selatan
- Tari Pagar Pengantin, Tarian Tradisional Dari Palembang Sumatera Selatan
- Tarian Tradisional Dari Sumatera Utara Dan Penjelasannya
- Tarian Tradisional Dari NTT Dan Penjelasannya