Cintaindonesia.web.id - Provinsi
Jambi merupakan salah satu provinsi yang terletak di Pulau Sumatera,
Indonesia. Mayoritas masyarakat dari provinsi ini adalah suku Melayu.
Kebudayaan melayu sangat erat dalam kehidupan masyarakatnya. Salah satu
kebudayaan yang sampai saat ini masih dapat ditemukan adalah tarian
tradisionalnya yang menjadi ciri khas dari adat masyarakatnya. Nah
seperti apa sajakah tarian tradisionalnya Provinsi Jambi tersebut?
Berikut ini penjelasannya.
1. Tari Sekapur Sirih
Tari Sekapur Sirih
Tari
Sekapur Sirih adalah tarian selamat datang kepada tamu-tamu besar.
Tarian sekapur sirih diciptakan oleh Firdaus Chatab di tahun 1962. Pada
tahun 1967, tarian ini kemudian ditata ulang oleh OK Hendri BBA. Tari
Sekapur Sirih mendeskripsikan sebuah perasaan lapang dan terbuka yang
dimiliki masyarakat Jambi terhadap tamu yang berkunjung ke daerah
mereka.
Jumlah
para penari dalam tarian ini adalah 9 orang penari perempuan dan 3
orang penari laki-laki. Para penari tersebut diantanya adalah 1 (satu)
orang sebagai pemegang payung, 2 (dua) orang sebagai pengawal, dan
sisanya menari. Sayangnya, saat ini antusiasme warga terhadap tarian
sekapur sirih berkurang. Hal ini terlihat dari jumlah penari yang
menyusut, yaitu berjumlah 6 (enam) orang, 1(satu) orang penari laki-laki
yang bertugas membawa cerano dan sisanya penari perempuan.
Sebenarnya
nama atau istilah dari tari sekapur sirih ini cukup beragam, sama
beragamnya dengan varian tarian ini, salah satunya tari Penyambutan.
Awalnya, tari sekapur sirih ini disebut tarian persembahan, kemudian
mengalami beberapa perubahan, sehingga menjadi Tari Penyambutan. Bedanya
dengan tari sekapur sirih adalah bahwa tari Penyambutan ini merupakan
tari kreasi baru yang diatur sedekat mungkin dengan Tari Kejei. Jumlah
penari dalam tarian ini dapat disesuaikan dengan tempat, bisa putra bisa
putri, dan bisa juga berpasangan.
2. Tari Selampit Delapan
Tari Selampit Delapan
Tari
Selampit Delapan merupakan penggambaran dari pergaulan para
pemuda-pemudi di Jambi. Tari ini memiliki nilai yang sangat penting di
dalam merekatkan pergaulan. Delapan kain selampit yang juga terdiri dari
berbagai macam warna menjadi simbol pertautan pergaulan antar
pemuda-pemudi Jambi.
Tarian
ini dilakukan oleh 8 (delapan) orang penari (empat pasang penari) yang
masing-masing memegang satu helai selampit. Pemuda-pemudi tersebut
kemudian melakukan gerakkan menyilang serta merajut selampit yang mereka
genggam. Kemudian selampit tersebut menjadi satu tali yang tersusun
menjadi berbagai warna. Koreografi inilah yang melambangkan persatuan
antara pemuda-pemudi Jambi di perlihatkan.
Dalam
kesejarahannya, tarian selampit delapan ini pertama kali dikenalkan
oleh seorang pegawai Dinas Kebudayaan di Provinsi Jambi pada tahun
1970-an, yaitu bernama M. Ceylon saat masih bertugas di dinas tersebut.
Meskipun M. Ceylon bukanlah putra daerah Jambi, tetapi kemampuan dan
bakatnya di dalam bidang seni tari telah membuat tarian ini begitu di
kenal di Provinsi Jambi. Penciptaan tarian selampit delapan ini
merupakan bentuk kecintaan yang sangat besar terhadap kesenian.
Seiring
berkembang dan populernya tarian selampit delapan ini, pemerintah
Provinsi Jambi pun menetapkan tarian ini sebagai tarian khas dari
Provinsi Jambi. Sebelum menggunakan kain selampit, awalnya dalam tarian
ini dimainkan oleh 8 (delapan) orang dengan menggunakan delapan sumbu
kompor yang kemudian diikat atau digantung pada loteng. Nama "Selampit
Delapan" ini diambil dari delapan tali yang digunakan pada tarian
tersebut. Sampai saat ini tidak ada perubahan gerak dan komposisi
tarian. Kalau pun ada perubahan, perubahan tersebut tidaklah mengubah
esensi dari tarian tersebut, perubahan yang terjadi biasanya hanya
sebatas untuk pemenuhan estetikanya saja.
3. Tari Inai
Tari Inai
Tari
Inai merupakan tarian tradisional yang berasal dari Jambi, tepatnya di
daerah Kuala Jambi desa Teluk Majelis. Kesenian ini pada dasarnya
merupakan seni pertunjukan yang melibatkan antara seni tari dan seni
musik. Tarian ini umumnya hanya dilakukan di rumah mempelai wanita saja,
sedangkan untuk dirumah mempelai pria tidak dilakukan upacara malam
berinai.
Fungsi
dari Tari Inai yang utama yaitu sebagai eksprtesi ritual untuk menjaga
calon mepelai wanita dari segala macam gangguan supernatural yang
berasal dari manusia ataupun makhluk halus. Selain untuk menjaga
mempelai wanita, fungsi lainnya yaitu sebagai bentuk ungkapan estetik,
hiburan, dan juga ekonomis.
Gerakan
pada tari inai umumnya terdiri dari gerak pembuka, isi, dan penutup.
Gerakannya pun adalah kombinasi dari gerakan binatang atau
kejadian-kejadian di alam, sehingga gerakan pada tarian ini hampir
menyerupai gerakan silat. Untuk pola lantainya adalah bebas dan
variatif.
Dalam
pertunjukannya, para penari akan memakai busana adat khas Melayu, yaitu
memakai baju Gunting Cina atau baju Kecak Musang, kepala ditutup dengan
menggunakan peci, celana panjang longgar, memakai kain sarung atau
songket yang diikatkan dipinggang tepatnya dibagian atas lutut.
4. Tari Tauh
Tari Tauh
Tari
Tauh merupakan tarian tradisional dari Jambi, tepatnya di daerah Lekuk
50 Tumbi Lempur, di Kecamatan Gunung Raya. Tarian ini merupakan
penggambaran dari pergaulan atau hubungan pemuda-pemudi (bujang gadis).
Tarian ini telah ada sejak zaman dahulu hingga saat ini dan diwariskan
secara turun temurun, sampai akhirnya masyarakat tidak mengetahui siapa
pencipta tarian yang telah mengakar ditengah-tengah masyarakat. Saat
ini, tari tauh sangat populer di Kabupaten Bungo sebagai tarian
tradisional yang sangat digemari masyarakat.
Seperti
tarian Jambi pada umumnya, tarian ini juga dibawakan oleh laki-laki dan
perempuan secara berpasang-pasangan. Posisi tubuh dari tari tauh ini
adalah kombinasi dari gerakan dalam posisi berdiri. Alat musik rebab,
gong, dan nyanyian klasik yang disebut dengan mantun mengiringi tarian
ini. 4 (empat) laki-laki dan 4 (empat) perempuan melenggok dalam alunan
musik melayu bersyair pantun. Uniknya, durasi dalam menarikan tarian ini
tergantung pada panjang pendeknya pantun yang disenandungkan dan juga
kesanggupan dari para penarinya sendiri.
5. Tari Rentak Besapih
Tari Rentak Besapih
Tarian
ini menggambarkan perpaduan antara rentak langkah dari berbagai etnis
yang menjadi suatu bentuk kesatuan utuh dalam menjalani sebuah
kehidupan. Hidup berdampingan, bekerja sama, dan juga saling
tolong-menolong digambarkan didalam gerak tari yang digarap dalam bentuk
khas Melayu Jambi ini. Hal tersebut menegaskan bahwa provinisi Jambi
adalah provinsi yang aman, makmur, dan juga sejahtera.
Tarian
ini diperagakan oleh 8 (delapan) sampai 10 (sepuluh) orang para penari.
Para penari tersebut menggunakan busana atau pakaian adat Melayu Jambi
dengan hiasan pada bagian kepala dan kain tenun melayu. Pola gerak dalam
tarian ini hampir sama dengan jenis tarian lainnya, yakni menggunakan
kombinasi dari pola lantai.
Tarian
ini berangkat dari sejarah Jambi yang pada dahulunya menjadi kota
perdagangan. Banyak pedagang dari berbagai daerah datang ke Jambi pada
masa itu bahkan sampai hari ini. Jambi menjadi wilayah yang memiliki
berbagai macam suku dan ras. Keragaman inilah yang direpresentasikan
didalam bentuk tarian melalui tarian Rentak Besapih.
Namun
sayangnya saat ini tarian Rentak Besapih telah jarang dipertunjukan
padahal makna kebersamaan didalam keragaman yang terkandung dalam tarian
rentak besapih ini sangat relevan dengan kondisi pada saat ini, di mana
batas-batas perbedaan semakin menebal di Indonesia.
6. Tari Kubu
Tari Kubu
Tari
Kubu adalah salah satu tarian tradisional yang berasal dari Suku Kubu.
Suku Kubu merupakan suku yang menetap di perbatasan antara Provinsi
Jambi dan Sumatera Selatan. Kehidupannya yang masih semi-nomaden pada
sekitar hutan Taman Nasional Bukit 12, menjadikan masyarakat Kubu ini
masih mempunyai pola kehidupan yang homogen. Hal itu terlihat dari pola
mata pencarian masyarakat Suku Kubu yang masih terfokus dikegiatan
berladang dan berburu.
Salah
satu bentuk dari ketergantungan Suku Kubu dengan alam terlihat pada
upacara pengobatan tradisionalnya yang kerap dilakukan ketika terdapat
seseorang yang terjangkit sakit parah. Masyarakat Suku Kubu ini percaya
bahwa orang yang sakit tubuhnya tengah dirasuki oleh roh jahat. Oleh
karena itulah, mereka harus mengadakan sebuah upacara setelah ramuan
obat tradisional diberikan untuk mengusir para roh jahat tersebut.
Upacara
pengobatan tradisional inilah yang kemudian menginspirasi dari lahirnya
sebuah tari kreasi yang bernama tari Kubu. Tari kreasi Kubu ini
ditarikan oleh 5 (lima) orang laki-laki dan 5 (lima) orang perempuan,
dengan mengenakan pakaian yang umumnya digunakan oleh masyarakat suku
Kubu dalam kesehariannya.
Gerak
tari Kubu ini bertumpu pada gerakan tangan dan juga hentakan kaki. Pada
bagian akhir akan digambarkan bagaimana seorang yang sedang terserang
penyakit yang kemudian diangkat secara beramai-ramai dan setelah itu
didoakan dengan mantera-mantera, yang sebelumnya diberikan sebuah ramuan
obat yang berasal dari alam. Para penari yang lain kemudian membentuk
sebuah formasi melingkar dengan seseorang yang sedang terkena penyakit
berada di tengahnya.
7. Tari Rentak Kudo
Tari Rentak Kudo
Tari
Rentak Kudo merupakan salah satu tarian tradisional yang berasal dari
daerah Hamparan Rawang, Kerinci, Provinsi Jambi.Sesuai dengan namanya,
tarian ini merupakan tarian tradisional yang menghentak-hentak tanah
seperti halnya seekor kuda. Tari Rentak Kudo biasanya digelar untuk
merayakan hasil panen masyarakat sekitar. Tetapi tidak jarang pula
menggelar Tari Rentak Kudo ini ketika sedang kemarau panjang sebagai
sarana doa kepada Tuhan supaya menurunkan hujan.
Masyarakat
Kerinci merupakan masyarakat yang sangat menghargai akan nilai seni dan
budaya yang ada di daerahnya, sehingga Tari Rentak Kudo ini juga
mempunyai makna yang sakral untuk masyarakat setempat. Sebab bagi
masyarakat Kerinci, Tari Rentak Kudo ini umumnya dipentaskan untuk
melestarikan kebudayaan pertanian dan juga kemakmuran masyarakat sebagai
wujud tanda syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa baik itu dalam keadaan
musim subur maupun di dalam musim kemarau untuk memohon berkah hujan.
Tari
Rentak Kudo yang sangat erat kaitannya dengan tanda syukur kepada
karunia Tuhan di dalam bidang pertanian, terkadang pula dipentaskan
ketika acara penikahan adat di Kerinci. Peralihan tersebut mungkin
menjadi sebuah cara tersendiri untuk masyarakat Kerinci guna
melestarikan tarian tradisional bernama Tari Rentak Kudo ini. Karena
pada awalnya Tari Rentak Kudo ini hanya dipentaskan dibeberapa waktu di
dalam setahun, saat ini Tari Rentak Kudo bisa sering digelar dalam waktu
yang berdekatan.
Tari Nitih Mahligai merupakan tarian tradisional yang di adaptasi dari upacara adat masyarakat di Kerinci, yakni "Niti Naik Mahligai". Upacara Niti Naik Mahligai ini sendiri merupakan sebuah upacara yang dahulu dilakukan untuk memilih pemimpin di kerajaan yang ada di Bukit Kaco, batas antara Kerinci dan Bungo. Tarian Nitih Mahligai ini ditata oleh Epa Bramanti Putra.
Dalam pertunjukannya, Tarian Nitih Mahligai akan diiringi oleh alat musik tradisional berupa Gendang dan diiringi oleh lantunan "Nyahu" (vocal) sang pawang, sedangkan untuk penarinya biasanya akan bergerak mengikuti irama musik dengan gerakan tari Aseik.
Tari Rangguk merupakan tarian tradisional yang berkembang di masyarakat Dusun Cupak, Kerinci, Jambi. Kata rangguk pada tarian ini berasal dari bahasa Kerinci Hulu, sedangkan untuk sebagian masyarakat Provinsi Jambi khususnya masyarakat Sungai Penuh menyebutnya dengan kata ranggok, dan untuk masyarakat Pulau Tengah menyebut dengan nama rangguek.
Kata rangguk ini sendiri diartikan berbeda-beda, ada yang mengatakan jika kata rangguk ini artinya tari, ada juga yang mengatakan juka kata rangguk ini berasal dari kata uhang atau orang, dan nganggok artinya adalah mengangguk, sehingga di dalam perkembangannya kata uhang dan ngaggok ini menjadi rangguk.
Awal mulanya tari rangguk ini hanya dilakukan oleh kaum laki-laki dan biasanya dilakukan ketika di sore hari sepulang bekerja sebagai sarana hiburan untuk melepas lelah. Namun setelah pada abad ke-20 kaum wanita mulai melakukan tarian rangguk ini meskipun hanya terbatas di usia anak-anak saja. Barulah pada abad ke-50 kaum wanita dewasa ikut melakukannya.
Selaras dengan perkembangan tarian rangguk, fungsi dari tarian ini juga mempunyai perkembangan. Jika semula tarian ini hanya untuk sarana hiburan dan juga pelepas lelah, sekarang ini tarian rangguk dipentaskan di dalam rangka upacara penyambutan tamu.
Dalam pementasannya, para pemainnya akan berdiri (berbaris) sambil menggangguk-anggukan kepala kepada setiap para tamu yang datang dan melantunkan berbagai macam pantun ucapan selamat datang serta mengiringi tamu hingga ke tempat yang sudah ditentukan (depan pintu balai desa). Untuk alat musik yang dipakai, biasanya tarian ini memakai alat musik berupa rebana.
Dalam pertunjukannya, Tari Sekato ini dibawakan oleh 8 orang penari putra-putri secara berpasangan. Para penari Sekato ini biasanya akan memakai kostum berupa baju gunting limo, celana panjang, baju kurung, celana panjang, kain samping, desta, dan teratai. Selain memakai kostum, para penari sekato juga akan memakai properti berupa kipas dan payung. Pemakai properti tersebut mempunyai arti sebagai senjata dan juga perlindungan diri.
Gerakan pada Tari Sekato lebih dominan pada gerakan langkah tigo, lenggang, langkah tak jadi dan buka ayun kipas. Tari sekato ini umumnya akan diiringi oleh musik khas Jambi seperti gendang melayu, rebana kecil, gong, beduk, suling, dan kolintang perunggu.
Yang dimaksud dengan kata "liang asak" menurut masyarakat Sarolangun merupakan lobang-lobang kecil akibat dari ditugal sebagai tempat penaburan benih. Dikarenakan tarian ini menggambarkan proses menugal dan juga menanam padi, maka judulnya diangkat dari salah satu hasil proses menugal.
Tari Liang Asak umumnya akan ditampilkan oleh para penari putra dan putri secara berpasangan, dengan jumlah penari 3 hingga 5 orang pasangan. Adapun untuk gerakannya, tarian ini menggambarkan proses menugal dan menanam padi sambil bersenda gurau bersama pasangannya dengan tipe gerakan langkah tak jadi, tudung awan, zigzag, dan nyilau.
Dalam pertunjukannya, para penari akan memakai kostum khas melayu dimana penari putri akan memakai baju kurung, topi penutup kepala, dan kain sarung. Sedangkan untuk penari putra memakai busana baju teluk blango dan topi. Selain itu, Tari Liang Asak ini biasanya akan diiringi alat musik berupa gendang, accordion, biola, dan gong.
Tari Serengkuh dayung merupakan tarian tradisional yang menggambarkan perasaan searah, setujuan, dan rasa kebersamaan dalam segala hal. Pencipta Tari Serengkuh Dayung ini sendiri belum diketahui, namun sudah ditata ulang oleh Aini Rozak ditahun 1990. Tarian ini umumnya hanya dibawakan oleh penari putri.
Tari Kisan merupakan tarian tradisional yang berasal dari Kabupaten Bangko dan Kabupaten Sarolangun, Jambi. Tarian ini menggambarkan kegiatan masyarakat di Provinsi Jambi didalam mengolah padi menjadi beras. Pencipta tari kisan Jambi ini sendiri belum diketahui, namun tarian ini sudah ditata ulang oleh Daswar Edi ditahun 1980 dan Darwan Asri ditahun 1983. Tarian Kisan umumnya akan dibawakan oleh para penari remaja putri.
8. Tari Nitih Mahligai
Tari Nitih Mahligai
Tari Nitih Mahligai merupakan tarian tradisional yang di adaptasi dari upacara adat masyarakat di Kerinci, yakni "Niti Naik Mahligai". Upacara Niti Naik Mahligai ini sendiri merupakan sebuah upacara yang dahulu dilakukan untuk memilih pemimpin di kerajaan yang ada di Bukit Kaco, batas antara Kerinci dan Bungo. Tarian Nitih Mahligai ini ditata oleh Epa Bramanti Putra.
Dalam pertunjukannya, Tarian Nitih Mahligai akan diiringi oleh alat musik tradisional berupa Gendang dan diiringi oleh lantunan "Nyahu" (vocal) sang pawang, sedangkan untuk penarinya biasanya akan bergerak mengikuti irama musik dengan gerakan tari Aseik.
9. Tari Rangguk
Tari Rangguk
Tari Rangguk merupakan tarian tradisional yang berkembang di masyarakat Dusun Cupak, Kerinci, Jambi. Kata rangguk pada tarian ini berasal dari bahasa Kerinci Hulu, sedangkan untuk sebagian masyarakat Provinsi Jambi khususnya masyarakat Sungai Penuh menyebutnya dengan kata ranggok, dan untuk masyarakat Pulau Tengah menyebut dengan nama rangguek.
Kata rangguk ini sendiri diartikan berbeda-beda, ada yang mengatakan jika kata rangguk ini artinya tari, ada juga yang mengatakan juka kata rangguk ini berasal dari kata uhang atau orang, dan nganggok artinya adalah mengangguk, sehingga di dalam perkembangannya kata uhang dan ngaggok ini menjadi rangguk.
Awal mulanya tari rangguk ini hanya dilakukan oleh kaum laki-laki dan biasanya dilakukan ketika di sore hari sepulang bekerja sebagai sarana hiburan untuk melepas lelah. Namun setelah pada abad ke-20 kaum wanita mulai melakukan tarian rangguk ini meskipun hanya terbatas di usia anak-anak saja. Barulah pada abad ke-50 kaum wanita dewasa ikut melakukannya.
Selaras dengan perkembangan tarian rangguk, fungsi dari tarian ini juga mempunyai perkembangan. Jika semula tarian ini hanya untuk sarana hiburan dan juga pelepas lelah, sekarang ini tarian rangguk dipentaskan di dalam rangka upacara penyambutan tamu.
Dalam pementasannya, para pemainnya akan berdiri (berbaris) sambil menggangguk-anggukan kepala kepada setiap para tamu yang datang dan melantunkan berbagai macam pantun ucapan selamat datang serta mengiringi tamu hingga ke tempat yang sudah ditentukan (depan pintu balai desa). Untuk alat musik yang dipakai, biasanya tarian ini memakai alat musik berupa rebana.
10. Tari Sekato
Tari Sekato merupakan tarian tradisional Jambi yang lahir hasil dari pengolahan tarian tradisional yang ada di Provinsi Jambi ditahun 1992. Tarian ini menggambarkan pasangan pemuda-pemudi yang sedang memadu kasih. Tari Sekato merupakan tarian hasil tataan Sri Purnama Syam.Dalam pertunjukannya, Tari Sekato ini dibawakan oleh 8 orang penari putra-putri secara berpasangan. Para penari Sekato ini biasanya akan memakai kostum berupa baju gunting limo, celana panjang, baju kurung, celana panjang, kain samping, desta, dan teratai. Selain memakai kostum, para penari sekato juga akan memakai properti berupa kipas dan payung. Pemakai properti tersebut mempunyai arti sebagai senjata dan juga perlindungan diri.
Gerakan pada Tari Sekato lebih dominan pada gerakan langkah tigo, lenggang, langkah tak jadi dan buka ayun kipas. Tari sekato ini umumnya akan diiringi oleh musik khas Jambi seperti gendang melayu, rebana kecil, gong, beduk, suling, dan kolintang perunggu.
11. Tari Liang Asak
Tari liang asak merupakan tarian tradisional Jambi yang berasal dari Sarolangun. Tarian ini menggambarkan kehidupan sehari-hari dari masyarakat Provinsi Jambi saat sedang menugal dan menanam padi disawah yang umumnya dilakukan oleh bujang dan gadis.Yang dimaksud dengan kata "liang asak" menurut masyarakat Sarolangun merupakan lobang-lobang kecil akibat dari ditugal sebagai tempat penaburan benih. Dikarenakan tarian ini menggambarkan proses menugal dan juga menanam padi, maka judulnya diangkat dari salah satu hasil proses menugal.
Tari Liang Asak umumnya akan ditampilkan oleh para penari putra dan putri secara berpasangan, dengan jumlah penari 3 hingga 5 orang pasangan. Adapun untuk gerakannya, tarian ini menggambarkan proses menugal dan menanam padi sambil bersenda gurau bersama pasangannya dengan tipe gerakan langkah tak jadi, tudung awan, zigzag, dan nyilau.
Dalam pertunjukannya, para penari akan memakai kostum khas melayu dimana penari putri akan memakai baju kurung, topi penutup kepala, dan kain sarung. Sedangkan untuk penari putra memakai busana baju teluk blango dan topi. Selain itu, Tari Liang Asak ini biasanya akan diiringi alat musik berupa gendang, accordion, biola, dan gong.
12. Tari Serengkuh Dayung
Tari Serengkuh Dayung
Tari Serengkuh dayung merupakan tarian tradisional yang menggambarkan perasaan searah, setujuan, dan rasa kebersamaan dalam segala hal. Pencipta Tari Serengkuh Dayung ini sendiri belum diketahui, namun sudah ditata ulang oleh Aini Rozak ditahun 1990. Tarian ini umumnya hanya dibawakan oleh penari putri.
13. Tari Kisan
Tari Kisan
Tari Kisan merupakan tarian tradisional yang berasal dari Kabupaten Bangko dan Kabupaten Sarolangun, Jambi. Tarian ini menggambarkan kegiatan masyarakat di Provinsi Jambi didalam mengolah padi menjadi beras. Pencipta tari kisan Jambi ini sendiri belum diketahui, namun tarian ini sudah ditata ulang oleh Daswar Edi ditahun 1980 dan Darwan Asri ditahun 1983. Tarian Kisan umumnya akan dibawakan oleh para penari remaja putri.
Patut Kamu Baca:
- Tarian Tradisional Dari Jawa Timur Dan Penjelasannya
- Tari Gembu, Tarian Tradisional Dari Sumenep Madura Jawa Timur
- Tari Mandau, Tarian Tradisional Dari Kalimantan Tengah
- Tarian Tradisional Dari Kalimantan Barat
- Tari Kuda Gepang, Tarian Tradisional Dari Kalimantan Selatan
- Tarian Tradisional Dari Jawa Tengah Dan Penjelasannya
- Tari Tor Tor, Tarian Tradisional Suku Batak Di Sumatera Utara
- Tari Lulo, Tarian Tradisional Suku Tolaki Dari Sulawesi Tenggara
- Tari Belian Bawo, Tarian Tradisional Dari Kalimantan Timur
- Mamaos, Tembang Sunda Dari Cianjur Jawa Barat
- Reog Sunda, Kesenian Tradisional Dari Jawa Barat
- Tarian Tradisional Dari Jawa Barat Dan Penjelasannya
- Tarian Tradisional Dari Jambi Dan Penjelasannya