Cintaindonesia.web.id - Pangeran
Jayakarta merupakan orang yang paling dicari oleh tentara VOC. Putera
dari Kesultanan Banten ini pernah mengusir tentara VOC dari Provinsi
Banten. Sebagai orang yang paling dicari, kematian Pangeran Jayakarta
sampai saat ini masih simpang siur. Setidaknya, ada beberapa versi yang
mengatakan lokasi makam pangeran yang bernama lain Achmad Jacatra itu.
Salah satu versi mengatakan bahwa Pangeran Jayakarta sudah mati di sumur tua di daerah Angke saat dikejar oleh tentara VOC. Ketika itu, ditemukan jubah Pangeran Jayakarta di liang sumur. Sementara, versi lain mengatakan, sesudah dinyatakan mati di sumur tua, wujud dari Pangeran Jayakarta ditemukan kembali di daerah Mangga Dua. Namun, banyak ahli sejarah yang meragukan kebenaran dari cerita-cerita tersebut. Berbagai cerita yang tersebar di masyarakat dipercaya sudah bercampur dengan cerita hikayat yang syarat akan hal-hal yang fantasi.
Versi terakhir menjelaskan, saat dikejar oleh tentara VOC, Pangeran Jayakarta beserta dengan pengikutnya melipir ke selatan. Rombongan tersebut masuk ke sebuah tepian kali yang membelah hutan jati. Pangeran Jayakarta beserta dengan pengikutnya kemudian membuka hutan serta di tempat tersebut dibangun sebuah masjid. Sebelum bernama As Salafiah, masjid itu bernama Masjid Pangeran Jayakarta, yang sengaja dibangun oleh pasukan Pangeran Jayakarta guna menghimpun kekuatan kembali. Banyak yang percaya jika di tempat inilah Pangeran Jayakarta dimakamkan.
Makam Pangeran Jayakarta sendiri bersebelahan dengan Masjid As Salafiah, yaitu tepatnya di Jalan Jatinegara Kaum. Memasuki kawasan masjid, para pengunjung akan melihat sebuah pendopo. Pada pendopo yang berukuran 10x10 meter ini, ada 5 (lima) makam. Salah satu makam tersebut adalah makam Pangeran Jayakarta. Makam ini bisa dikenali dari tulisan Achmad Jacetra di batu nisannya. Sementara disebelahnya, ada makam Pangeran Lahut yang merupakan putra dari Pangeran Achmad Jacetra.
Guna mengenang perjuangan Pangeran Jayakarta, di ulang tahun Kota Jakarta yang ke-441, Gubernur Ali Sadikin meresmikan berdirinya Makam Pangeran Jayakarta ini. Kemudian, pada tahun 1999, berdasarkan Perda Khusus Ibukota Jakarta No. 9, Makam Pangeran Jayakarta ini diangkat statusnya menjadi benda cagar budaya. Sebagai benda cagar budaya, maka segala bentuk perubahan haruslah meminta izin terlebih dahulu kepada pemerintah daerah. Hal itu dilakukan untuk menjaga keaslian makam.
Setiap hari selalu ada para peziarah yang datang ke Makam Pangeran Jayakarta ini. Biasanya para mengunjung akan mengaji sambil berdoa untuk mengharap berkah. menurut penjaga makam, Peziarah yang datang kesini tidak melulu dari Jakarta, terkadang ada para peziarah yang sengaja datang dari Banten, bahkan dari Kota Surabaya. Biasanya menjelang bulan puasa, para peziarah makin ramai.
Salah satu versi mengatakan bahwa Pangeran Jayakarta sudah mati di sumur tua di daerah Angke saat dikejar oleh tentara VOC. Ketika itu, ditemukan jubah Pangeran Jayakarta di liang sumur. Sementara, versi lain mengatakan, sesudah dinyatakan mati di sumur tua, wujud dari Pangeran Jayakarta ditemukan kembali di daerah Mangga Dua. Namun, banyak ahli sejarah yang meragukan kebenaran dari cerita-cerita tersebut. Berbagai cerita yang tersebar di masyarakat dipercaya sudah bercampur dengan cerita hikayat yang syarat akan hal-hal yang fantasi.
Versi terakhir menjelaskan, saat dikejar oleh tentara VOC, Pangeran Jayakarta beserta dengan pengikutnya melipir ke selatan. Rombongan tersebut masuk ke sebuah tepian kali yang membelah hutan jati. Pangeran Jayakarta beserta dengan pengikutnya kemudian membuka hutan serta di tempat tersebut dibangun sebuah masjid. Sebelum bernama As Salafiah, masjid itu bernama Masjid Pangeran Jayakarta, yang sengaja dibangun oleh pasukan Pangeran Jayakarta guna menghimpun kekuatan kembali. Banyak yang percaya jika di tempat inilah Pangeran Jayakarta dimakamkan.
Suasana di Makam Pangeran Jayakarta
Makam Pangeran Jayakarta sendiri bersebelahan dengan Masjid As Salafiah, yaitu tepatnya di Jalan Jatinegara Kaum. Memasuki kawasan masjid, para pengunjung akan melihat sebuah pendopo. Pada pendopo yang berukuran 10x10 meter ini, ada 5 (lima) makam. Salah satu makam tersebut adalah makam Pangeran Jayakarta. Makam ini bisa dikenali dari tulisan Achmad Jacetra di batu nisannya. Sementara disebelahnya, ada makam Pangeran Lahut yang merupakan putra dari Pangeran Achmad Jacetra.
Guna mengenang perjuangan Pangeran Jayakarta, di ulang tahun Kota Jakarta yang ke-441, Gubernur Ali Sadikin meresmikan berdirinya Makam Pangeran Jayakarta ini. Kemudian, pada tahun 1999, berdasarkan Perda Khusus Ibukota Jakarta No. 9, Makam Pangeran Jayakarta ini diangkat statusnya menjadi benda cagar budaya. Sebagai benda cagar budaya, maka segala bentuk perubahan haruslah meminta izin terlebih dahulu kepada pemerintah daerah. Hal itu dilakukan untuk menjaga keaslian makam.
Setiap hari selalu ada para peziarah yang datang ke Makam Pangeran Jayakarta ini. Biasanya para mengunjung akan mengaji sambil berdoa untuk mengharap berkah. menurut penjaga makam, Peziarah yang datang kesini tidak melulu dari Jakarta, terkadang ada para peziarah yang sengaja datang dari Banten, bahkan dari Kota Surabaya. Biasanya menjelang bulan puasa, para peziarah makin ramai.
Patut Kamu Baca:
- Tari Hegong, Tarian Tradisional Dari Maumere Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT)
- Tari Hudoq, Tarian Tradisional Dari Kalimantan Timur
- Tari Gantar, Tarian Tradisional Dari Kalimantan Timur
- Tari Topeng Malangan, Tarian Tradisional Dari Malang
- Tari Burung Enggang, Tarian Tradisional Dari Provinsi Kalimantan Timur
- Tari Boran, Tarian Tradisional Dari Lamongan Provinsi Jawa Timur
- Danau Kembar di Solok Sumatra Barat
- Tari Bondan, Tarian Tradisional Dari Provinsi Jawa Tengah
- Taman Nasional Siberut Sumatra Barat
- Taman Nasional Bantimurung Sulawesi
- Tradisi Kenduri Laut, Tradisi di Tapanuli Tengah Sumatra Utara
- Tari Beskalan, Tarian Tradisional Dari Malang Provinsi Jawa Timur
- Tari Bedoyo Wulandaru, Tarian Tradisional Dari Banyuwangi Provinsi Jawa Timur
- Tari Bedhaya Ketawang, Tarian Kebesaran Di Kasunanan Surakarta
- Tari Bambangan Cakil, Tarian Tradisional Dari Provinsi Jawa Tengah
- Tari Kinyah Mandau, Tarian Tradisional Dari Provinsi Kalimantan Tengah
- Tari Wura Bongi Monca, Tarian Tradisional Dari Bima Provinsi NTB
- Tari Woleka, Tarian Tradisional Khas Sumba Barat Daya Provinsi NTT
- Tari Tumatenden, Tarian Tradisional Dari Provinsi Sulawesi Utara
- Wisata Taman Nasional Baluran di Jawa Timur
- Wisata Pantai Pathek di Situbondo Jawa Timur
- Wisata Pantai Pasir Putih di Situbondo Jawa Timur
- Wisata Pantai Bama di Situbondo Jawa Timur
- Wisata Air Terjun Coban Baung di Pasuruan Jawa Timur
- Wisata Air Terjun Antogan di Banyuwangi Jawa Timur
- Ondel-Ondel, Kesenian Tradisional Dari Betawi
- Wisata Ziarah di Makam Pangeran Jayakarta Jakarta