Cintaindonesia.web.id - Provinsi
D.I. Yogyakarta atau yang dikenal dengan nama Jogja merupakan provinsi
dengan banyak sekali keistimewaan. Jogja sangat terkenal dengan sebutan
kota budaya, kota pendidikan, kota pariwisata, kota seni, dan masih
banyak lagi julukan-julukan untuk provinsi satu ini. Jogja sangat begitu
kental dengan kebudayaan Jawanya, tidak terkecuali dengan tarian
tradisionalnya. Nah apa sajakah tarian tradisional yang berasal dari
D.I.Yogyakarta? berikut ini penjelasannya.
Tari Serimpi merupakan tarian klasik dari D.I Yogyakarta. Tarian serimpi ini ditampilkan sebanyak empat para penari wanita. Kata serimpi sendiri berarti empat. Terkadang tari serimpi ini juga di ditarikan sebanyak lima orang penari yaitu pada Serimpi Renggowati. Selain memiliki arti empat, istilah serimpi ini juga dikaitkan dengan kata ‘impi’ yang dapat berarti mimpi, maksudnya adalah seseorang yang melihat tarian serimpi ini mungkin akan merasa seperti berada di sebuah alam mimpi.
Pertunjukkan tarian Serimpi umumnya hanya berlangsung selama tiga per empat jam sampai dengan 1 jam. Komposisi dari empat penari ini mewakili empat mata angin dan juga empat unsur dunia. Unsur dunia ini meliputi grama (api), angin (udara), toya (air), dan juga bumi (tanah). Tarian ini awalnya hanya berkembang di Kraton Yogyakarta. Menurut kepercayaan, Serimpi ini merupakan seni yang luhur dan merupakan sebuah pusaka Kraton. Tema yang disuguhkan oleh penari serimpi ini sebenarnya sama dengan tari Bedhaya Sanga. Tarian ini menggambarkan sebuah pertentangan antara dua hal yaitu antara nafsu dan akal, benar dan salah, dan benar dan salah.
Tari Beksan Lawung Ageng atau yang kerap disebut juga Tari Beksan Lawung merupakan tarian tradisional yang berasal dari Keraton Yogyakarta. Tarian ini pada umumnya akan dibawakan oleh 16 orang penari yang keseluruhannya adalah laki-laki dan terdiri dari 2 orang botoh, 4 orang jajar, 4 orang pengampil, 4 orang lurah, dan 2 orang salaotho.
Menurut sejarahnya, salah satu tarian beksan ini diciptakan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I atau Pangeran Mangukubumi ditahun 1755-1792. Beksan ini di ilhami dalam keadaan dimana ada kegiatan para prajurit sebagai abdi dalem raja selalu mengadakan latihan watangan. Latihan watangan ini sendiri merupakan latihan ketangkasan berkuda dengan membawa sebuah watang atau lawung, yakni sebuah tongkat panjang yang ukurannya sekitar 3 meter dengan ujungnya yang tumpul serta silang menyodok untuk menjatuhkan lawan.
Tari Beksan Lawung Ageng ini adalah bentuk usaha dari sang Sultan dalam mengalihkan pehatian penjajah Belanda terhadap kegiatan para prajurit di Kraton Yogyakarta. Pada saat itu dalam suasana perang dan sultan harus mengakui serta tunduk terhadap segala kekuasaan Belanda di Kasultanan Yogyakarta.
Tari Golek Menak adalah salah satu tarian klasik yang terinspirasi dari gerakan Wayang Golek Menak. Tarian ini merupakan tarian klasik tradisional yang berasal dari Yogyakarta yang memiliki nilai seni tinggi. Tarian ini diciptakan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX dikarenakan kecintaan dan kekagumannya kepada Wayang Golek Menak.
Dinamakan Tari Golek Menak ini karena tarian ini terinspirasi oleh pertunjukan dari Wayang Golek Menak. Sesuai dengan namanya, gerakan, alur cerita, tata busana dan juga tokoh pada Tari Golek Menak ini diwujudkan dalam Tari Golek Menak ini. Sehingga dalam tarian ini dapat dikatakan salah satu tarian yang mempunyai nilai seni yang tinggi.
Tari Rara Ngigel merupakan tarian tradisional Yogyakarta yang menceritakan tentang seorang gadis yang tumbuh menjadi dewasa. Pada dasarnya tarian ini ditarikan oleh para wanita. Namun tidak jarang pula tarian ini ditarikan secara berpasangan dengan pria.
Tari Rara Ngigel merupakan tarian yang menggabungkan 2 kebudayaan yakni lemah lembut menjadi ciri khas tarian tradisional Provinsi Yogyakarta dan tegas yang menjadi ciri khas dari tarian tradisional Provinsi Jawa Barat. Dalam pertunjukannya, para penari akan memakai busana atau kostum percampuran antara kebudayaan jawa dan cina.
Tari Kumbang merupakan tarian tradisional Yogyakarta yang menceritakan tentang sepasang kumbang jantan dan betina yang sedang saling kejar-kejaran dan berterbangan seperti halnya sepasang kekasih. Lalu terbang ke sebuah bunga guna menghisap sari bunga bersama disebuah taman.
Kumbang jantan dan juga betina memadu kasih dengan diiringi suasana yang sangat romantis. Dalam pertunjukan Tari Kumbang ini semua para penonton akan diajak berimajinasi dengan suasananya yang sangat romantis dengan penampilan antara kumbang jantan dan kumbang betina.
Tari Beksan Srikandi Suradewati merupakan tarian tradisional Yogyakarta yang diambil dari serat Mahabrata, dimana tarian ini menceritakan mengenai peperangan antara Dewi Suradewati dengan Dewi Srikandhi. Suradewati sendiri adalah adik dari Prabhu Dasalengkara yang menginginkan jika Dewi Siti Sendari sebagai istrinya, kemudian diutuslah Dewi Suradewati guna melamarkan Prabu Dasalengkara. Namun pada kenyataannya Dewi Siti Sendari telah dijodohkan oleh Raden Abimanyu. Maka terjadilah perseterua diantara suradewati dengan Srikandhi yang membela Raden Abimanyu. Yang pada akhir ceritanya kemenangan diraih oleh Dewi Serikandhi.
Tari Klono Rojo atau Klana Raja merupakan tarian tradisional Yogyakarta yang menceritakan adegan dari seorang raja yang sedang jatuh cinta terhadap seorang putri yang cantik nan jelita dan terinpirasi dari cerita Wayang Wong. Sehingga dalam pertunjukannya, gerakan para penarinya pun sebagian besar diambil dari Cerita Wayang Wong.
Nama Klono Rojo pada tarian ini sendiri diambil dari busana atau kostum yang dipakai serta ragam dari seorang raja yang memakai mahkota. Dalam versi lainnya juga mengatakan jika nama Klono Rojo pada tarian ini diambil dari seorang tokoh raja yang sangat gagah dan juga berkuasa.
Tari Golek Ayun-Ayun adalah salah satu tarian tradisional Yogyakarta biasanya ditampilkan diacara penyambutan tamu kehormatan dan acara-acara besar lainnya. Tarian ini merupakan tarian yang menceritakan mengenai wanita yang sedang beranjak menuju dewasa, dimana mereka sedang senang-senangnya dalam bersolek mempercantik diri.
Tari Golek Ayun-Ayun umumnya ditarikan setidaknya oleh 2 para penari wanita yang cantik dan anggun, namun terkadang juha bisa lebih dari 2 orang penari. Gerak lemah gemulai menjadi ciri khas tersendiri pada tarian ini, hal tersebut dapat dilihat pada gerakan para penarinya yang seakan-akan sedang menyulam kain dan gerakan-gerakan lainya.
Tarian Arjuna Wiwaha merupakan tarian tradisional Yogyakarta yang kerap dipentasakan dilingkungan Keraton Yogyakarta. Tarian ini merupakan tarian yang menceritakan Arjuna, dimana Arjuna terkena banyak diterpa godaan ketika sedang bertapa di Indrakila. Godaan tersebut yaitu dengan dikirimnya para bidadari-bidadari cantik oleh Indra yang kemudian diperintahkan untuk menggoda Arjuna supaya pertapaannya gagal.
Berkat keteguhan hati si Arjuna, para bidadari tersebut pun gagal dalam mengoda Arjuna didalam pertapaannya. Maka pada akhirnya Indra sendiri pun yang datang dan menyamar sebagai seorang Brahmana dengan kondisi yang tua renta. Mereka pun kemudian berdiskusi sangat lama sampai pada akhirnya Indra menunjukan jati asli dirinya.
Kemudian setelah itu Arjuna mendapatkan sebuah tugas, dimana tugas tersebut adalah membunuh Niwatakawaca, yaitu seorang raksasa yang menganggu kahyangan. Di dalam tugasnya tersebut Arjuna berhasil mengalahkan Niwatakawaca dan kemudian oleh para Dewa diberikan sebuah hadiah boleh menikahi 7 para bidadari tadi.
Tari Satrio Watang atau yang kerap dikenal dengan nama tari Prawiro Watang ini merupakan tarian tradisional Yogyakarta yang menceritakan tentang kegagagahan para prajurit-prajurit di zaman dahulu, dimana para prajurit tersebut sangat mahir dan liahi di dalam memakai senjata Watang atau Tongkat.
Sesuai dengan namanya yaitu Satrio Watang, dimana kata Satrio mempunyai arti Prajurit (ksatria), sedangkan lata Watang sendiri mempunyai arti Tongkat yang terbuat dari kayu. Pemakaian tongkat atau watang tersebut menjadi ciri khas tersendiri di dalam Tari Satrio Watang ini. Dalam pertunjukannya, Tari Satrio Watang ditarikan oleh para laki-laki yang gagah. Tarian ini umumnya dapat dipentaskan secara berkelompok maupun secara sendiri atau tunggal.
Tari Golek Sulung Dayung atau yang dikenal juga dengan nama Golek Surung Dayung ini merupakan tarian tradisional Yogyakarta yang menceritakan tentang perempuan muda yang sangat memperhatikan penampilannya dan kemudian ingin selalu terlihat sangat menarik. Hal tersebut dapat dilihat dari ragam gerakan yang ada pada tarian ini, seperti halnya gerakan memakai perhiasan, bercermin, dan lain sebagainya.
Ciri khas lainnya yang ada pada tarian ini yaitu adanya karakter kemayu dan genit. Dalam pertunjukannya, Tari Golek Sulung Dayung ini umumnya ditarikan oleh laki-laki yang berpostur tubuh kecil dengan berwajah feminim, namun dengan seiring perkembanannya tarian ini juga dapat ditarikan oleh para penari perempuan, dan dapat ditarikan secara tunggal maupun berkelompok.
Tari Langen Asmoro merupakan tarian tradisional Yogyakarta yang menceritakan tentang percintaan, dimana tarin ini menceritakan sepasang kekasih yang sedang saling memadu kasih, jatuh cinta, bermesraan, dan juga berbahagia bersama.
Tarian Langen Asmoro ini umumnya ditampilkan diacara-acara pernikahan. Hal tersebut dimaksudkan supaya menjadi contoh kepada para pengantin supaya menjadi pasangan yang selalu berbahagia serta terhindar dari berbagai macam konflik.
Tari Angguk merupakan salah satu jenis kesenian tradisional yang masuk ke dalam tarian Provinsi Yogyakarta. Kesenian ini adalah kesenian berbentuk tarian yang disertai dengan pantun-pantun rakyat yang berisikan mengenai kehidupan manusia, seperti halnya tentang budi pekerti, tata krama, dan nasihat-nasihat.
Dalam pertunjukannya, biasanya tarian ini akan diiringi oleh nyanyian-nyayian yang berisikan kata-kata yang diambil dari kitab yang bertuliskan huruf Arab, yakni kitab Tlodo, dan kemudinan dilagukan dengan lagam jawa. Nyanyian tersebut umumnya akan dinyanyikan secara bergantian diantara para penari dan pengiring musik.
1. Tari Serimpi
Tari Serimpi
Tari Serimpi merupakan tarian klasik dari D.I Yogyakarta. Tarian serimpi ini ditampilkan sebanyak empat para penari wanita. Kata serimpi sendiri berarti empat. Terkadang tari serimpi ini juga di ditarikan sebanyak lima orang penari yaitu pada Serimpi Renggowati. Selain memiliki arti empat, istilah serimpi ini juga dikaitkan dengan kata ‘impi’ yang dapat berarti mimpi, maksudnya adalah seseorang yang melihat tarian serimpi ini mungkin akan merasa seperti berada di sebuah alam mimpi.
Pertunjukkan tarian Serimpi umumnya hanya berlangsung selama tiga per empat jam sampai dengan 1 jam. Komposisi dari empat penari ini mewakili empat mata angin dan juga empat unsur dunia. Unsur dunia ini meliputi grama (api), angin (udara), toya (air), dan juga bumi (tanah). Tarian ini awalnya hanya berkembang di Kraton Yogyakarta. Menurut kepercayaan, Serimpi ini merupakan seni yang luhur dan merupakan sebuah pusaka Kraton. Tema yang disuguhkan oleh penari serimpi ini sebenarnya sama dengan tari Bedhaya Sanga. Tarian ini menggambarkan sebuah pertentangan antara dua hal yaitu antara nafsu dan akal, benar dan salah, dan benar dan salah.
2. Tari Beksan Lawung Ageng
Tari Beksan Lawung Ageng
Tari Beksan Lawung Ageng atau yang kerap disebut juga Tari Beksan Lawung merupakan tarian tradisional yang berasal dari Keraton Yogyakarta. Tarian ini pada umumnya akan dibawakan oleh 16 orang penari yang keseluruhannya adalah laki-laki dan terdiri dari 2 orang botoh, 4 orang jajar, 4 orang pengampil, 4 orang lurah, dan 2 orang salaotho.
Menurut sejarahnya, salah satu tarian beksan ini diciptakan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I atau Pangeran Mangukubumi ditahun 1755-1792. Beksan ini di ilhami dalam keadaan dimana ada kegiatan para prajurit sebagai abdi dalem raja selalu mengadakan latihan watangan. Latihan watangan ini sendiri merupakan latihan ketangkasan berkuda dengan membawa sebuah watang atau lawung, yakni sebuah tongkat panjang yang ukurannya sekitar 3 meter dengan ujungnya yang tumpul serta silang menyodok untuk menjatuhkan lawan.
Tari Beksan Lawung Ageng ini adalah bentuk usaha dari sang Sultan dalam mengalihkan pehatian penjajah Belanda terhadap kegiatan para prajurit di Kraton Yogyakarta. Pada saat itu dalam suasana perang dan sultan harus mengakui serta tunduk terhadap segala kekuasaan Belanda di Kasultanan Yogyakarta.
3. Tari Golek Menak
Tari Golek Menak
Tari Golek Menak adalah salah satu tarian klasik yang terinspirasi dari gerakan Wayang Golek Menak. Tarian ini merupakan tarian klasik tradisional yang berasal dari Yogyakarta yang memiliki nilai seni tinggi. Tarian ini diciptakan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX dikarenakan kecintaan dan kekagumannya kepada Wayang Golek Menak.
Dinamakan Tari Golek Menak ini karena tarian ini terinspirasi oleh pertunjukan dari Wayang Golek Menak. Sesuai dengan namanya, gerakan, alur cerita, tata busana dan juga tokoh pada Tari Golek Menak ini diwujudkan dalam Tari Golek Menak ini. Sehingga dalam tarian ini dapat dikatakan salah satu tarian yang mempunyai nilai seni yang tinggi.
4. Tari Rara Ngigel
Tari Rara Ngigel
Tari Rara Ngigel merupakan tarian tradisional Yogyakarta yang menceritakan tentang seorang gadis yang tumbuh menjadi dewasa. Pada dasarnya tarian ini ditarikan oleh para wanita. Namun tidak jarang pula tarian ini ditarikan secara berpasangan dengan pria.
Tari Rara Ngigel merupakan tarian yang menggabungkan 2 kebudayaan yakni lemah lembut menjadi ciri khas tarian tradisional Provinsi Yogyakarta dan tegas yang menjadi ciri khas dari tarian tradisional Provinsi Jawa Barat. Dalam pertunjukannya, para penari akan memakai busana atau kostum percampuran antara kebudayaan jawa dan cina.
5. Tari Kumbang
Tari Kumbang
Tari Kumbang merupakan tarian tradisional Yogyakarta yang menceritakan tentang sepasang kumbang jantan dan betina yang sedang saling kejar-kejaran dan berterbangan seperti halnya sepasang kekasih. Lalu terbang ke sebuah bunga guna menghisap sari bunga bersama disebuah taman.
Kumbang jantan dan juga betina memadu kasih dengan diiringi suasana yang sangat romantis. Dalam pertunjukan Tari Kumbang ini semua para penonton akan diajak berimajinasi dengan suasananya yang sangat romantis dengan penampilan antara kumbang jantan dan kumbang betina.
6. Tari Beksan Srikandi Suradewati
Tari Beksan Srikandi Suradewati
Tari Beksan Srikandi Suradewati merupakan tarian tradisional Yogyakarta yang diambil dari serat Mahabrata, dimana tarian ini menceritakan mengenai peperangan antara Dewi Suradewati dengan Dewi Srikandhi. Suradewati sendiri adalah adik dari Prabhu Dasalengkara yang menginginkan jika Dewi Siti Sendari sebagai istrinya, kemudian diutuslah Dewi Suradewati guna melamarkan Prabu Dasalengkara. Namun pada kenyataannya Dewi Siti Sendari telah dijodohkan oleh Raden Abimanyu. Maka terjadilah perseterua diantara suradewati dengan Srikandhi yang membela Raden Abimanyu. Yang pada akhir ceritanya kemenangan diraih oleh Dewi Serikandhi.
7. Tari Klono Rojo (Klana Raja)
Tari Klono Rojo (Klana Raja)
Tari Klono Rojo atau Klana Raja merupakan tarian tradisional Yogyakarta yang menceritakan adegan dari seorang raja yang sedang jatuh cinta terhadap seorang putri yang cantik nan jelita dan terinpirasi dari cerita Wayang Wong. Sehingga dalam pertunjukannya, gerakan para penarinya pun sebagian besar diambil dari Cerita Wayang Wong.
Nama Klono Rojo pada tarian ini sendiri diambil dari busana atau kostum yang dipakai serta ragam dari seorang raja yang memakai mahkota. Dalam versi lainnya juga mengatakan jika nama Klono Rojo pada tarian ini diambil dari seorang tokoh raja yang sangat gagah dan juga berkuasa.
8. Tari Golek Ayun-Ayun
Tari Golek Ayun-Ayun
Tari Golek Ayun-Ayun adalah salah satu tarian tradisional Yogyakarta biasanya ditampilkan diacara penyambutan tamu kehormatan dan acara-acara besar lainnya. Tarian ini merupakan tarian yang menceritakan mengenai wanita yang sedang beranjak menuju dewasa, dimana mereka sedang senang-senangnya dalam bersolek mempercantik diri.
Tari Golek Ayun-Ayun umumnya ditarikan setidaknya oleh 2 para penari wanita yang cantik dan anggun, namun terkadang juha bisa lebih dari 2 orang penari. Gerak lemah gemulai menjadi ciri khas tersendiri pada tarian ini, hal tersebut dapat dilihat pada gerakan para penarinya yang seakan-akan sedang menyulam kain dan gerakan-gerakan lainya.
9. Tarian Arjuna Wiwaha
Tarian Arjuna Wiwaha
Tarian Arjuna Wiwaha merupakan tarian tradisional Yogyakarta yang kerap dipentasakan dilingkungan Keraton Yogyakarta. Tarian ini merupakan tarian yang menceritakan Arjuna, dimana Arjuna terkena banyak diterpa godaan ketika sedang bertapa di Indrakila. Godaan tersebut yaitu dengan dikirimnya para bidadari-bidadari cantik oleh Indra yang kemudian diperintahkan untuk menggoda Arjuna supaya pertapaannya gagal.
Berkat keteguhan hati si Arjuna, para bidadari tersebut pun gagal dalam mengoda Arjuna didalam pertapaannya. Maka pada akhirnya Indra sendiri pun yang datang dan menyamar sebagai seorang Brahmana dengan kondisi yang tua renta. Mereka pun kemudian berdiskusi sangat lama sampai pada akhirnya Indra menunjukan jati asli dirinya.
Kemudian setelah itu Arjuna mendapatkan sebuah tugas, dimana tugas tersebut adalah membunuh Niwatakawaca, yaitu seorang raksasa yang menganggu kahyangan. Di dalam tugasnya tersebut Arjuna berhasil mengalahkan Niwatakawaca dan kemudian oleh para Dewa diberikan sebuah hadiah boleh menikahi 7 para bidadari tadi.
10. Tari Satrio Watang
Tari Satrio Watang
Tari Satrio Watang atau yang kerap dikenal dengan nama tari Prawiro Watang ini merupakan tarian tradisional Yogyakarta yang menceritakan tentang kegagagahan para prajurit-prajurit di zaman dahulu, dimana para prajurit tersebut sangat mahir dan liahi di dalam memakai senjata Watang atau Tongkat.
Sesuai dengan namanya yaitu Satrio Watang, dimana kata Satrio mempunyai arti Prajurit (ksatria), sedangkan lata Watang sendiri mempunyai arti Tongkat yang terbuat dari kayu. Pemakaian tongkat atau watang tersebut menjadi ciri khas tersendiri di dalam Tari Satrio Watang ini. Dalam pertunjukannya, Tari Satrio Watang ditarikan oleh para laki-laki yang gagah. Tarian ini umumnya dapat dipentaskan secara berkelompok maupun secara sendiri atau tunggal.
11. Tari Golek Sulung Dayung
Tari Golek Sulung Dayung
Tari Golek Sulung Dayung atau yang dikenal juga dengan nama Golek Surung Dayung ini merupakan tarian tradisional Yogyakarta yang menceritakan tentang perempuan muda yang sangat memperhatikan penampilannya dan kemudian ingin selalu terlihat sangat menarik. Hal tersebut dapat dilihat dari ragam gerakan yang ada pada tarian ini, seperti halnya gerakan memakai perhiasan, bercermin, dan lain sebagainya.
Ciri khas lainnya yang ada pada tarian ini yaitu adanya karakter kemayu dan genit. Dalam pertunjukannya, Tari Golek Sulung Dayung ini umumnya ditarikan oleh laki-laki yang berpostur tubuh kecil dengan berwajah feminim, namun dengan seiring perkembanannya tarian ini juga dapat ditarikan oleh para penari perempuan, dan dapat ditarikan secara tunggal maupun berkelompok.
12. Tari Langen Asmoro
Tari Langen Asmoro
Tari Langen Asmoro merupakan tarian tradisional Yogyakarta yang menceritakan tentang percintaan, dimana tarin ini menceritakan sepasang kekasih yang sedang saling memadu kasih, jatuh cinta, bermesraan, dan juga berbahagia bersama.
Tarian Langen Asmoro ini umumnya ditampilkan diacara-acara pernikahan. Hal tersebut dimaksudkan supaya menjadi contoh kepada para pengantin supaya menjadi pasangan yang selalu berbahagia serta terhindar dari berbagai macam konflik.
13. Tari Topeng Walang Kekek
Tari Topeng Walang Kekek merupakan tarian tradisional Yogyakarta yang diciptakan oleh Didit Ninit Thowok, yaitu seorang seniman Yogyakarta yang sangat populer di dalam dunia seni tari. Dalam pertunjukannya, biasanya tarian ini diiringi olehmusik tradisional dan juga musik modern. Sesuai dengan namanya jika Tari Topeng Walang Kekek ini mempunyai ciri khas yaitu memakai topeng di dalam setiap pementasannya.14. Tari Angguk
Tari Angguk
Tari Angguk merupakan salah satu jenis kesenian tradisional yang masuk ke dalam tarian Provinsi Yogyakarta. Kesenian ini adalah kesenian berbentuk tarian yang disertai dengan pantun-pantun rakyat yang berisikan mengenai kehidupan manusia, seperti halnya tentang budi pekerti, tata krama, dan nasihat-nasihat.
Dalam pertunjukannya, biasanya tarian ini akan diiringi oleh nyanyian-nyayian yang berisikan kata-kata yang diambil dari kitab yang bertuliskan huruf Arab, yakni kitab Tlodo, dan kemudinan dilagukan dengan lagam jawa. Nyanyian tersebut umumnya akan dinyanyikan secara bergantian diantara para penari dan pengiring musik.
Patut Kamu Baca:
- Contoh Tari Klasik Lengkap Gambar Dan Penjelasannya
- Senjata Tradisional Dari Jawa Timur Dan Penjelasannya
- Jenis Alat Musik Sunda Lengkap Gambar dan Penjelasannya
- Jenis Alat Musik Angklung Lengkap Gambar dan Penjelasannya
- Properti Tari Merak Lengkap Gambar dan Penjelasannya
- Properti Tari Piring Sumatera Barat Lengkap Gambar dan Penjelasannya
- Properti Tari Kuda Lumping Lengkap Gambar dan Penjelasannya
- Teater Tradisional Nusantara Beserta Daerah Asalnya
- 5 Jenis Tari Topeng Cirebon Dan Penjelasannya
- Sejarah Tari Jaipong Dan Perkembangannya
- Keunikan Tari Gambyong Dari Jawa Tengah Dan Penjelasannya
- Keunikan Tari Saman Dari Aceh Dan Penjelasannya
- Keunikan Tari Piring Sumatera Barat Dan Penjelasannya
- Keunikan Tari Pendet Dari Bali Dan Penjelasannya
- Keunikan Tari Merak Jawa Barat Dan Penjelasannya
- Keunikan Tari Jaipong Jawa Barat Dan Penjelasannya
- Keunikan Tari Kecak Dari Bali Dan Penjelasannya
- Tarian Tradisional Dari Sulawesi Selatan Dan Penjelasannya
- Tari Ma'randing, Tarian Tradisional Dari Toraja Sulawesi Selatan
- Tarian Tradisional Dari Sulawesi Tengah Dan Penjelasannya
- Tari Ma'Badong, Tarian Tradisional Dari Tana Toraja Sulawesi Selatan
- Tari Pajoge, Tarian Tradisional Dari Sulawesi Selatan
- Tarian Tradisional Dari Kalimantan Tengah Dan Penjelasannya
- Tarian Tradisional Dari Yogyakarta Dan Penjelasannya