Cintaindonesia.web.id Ulat sagu ini memiliki nama latin Rhynchophorus ferruginenus. Ulat sagu ini banyak terdapat dibeberapa daerah di Indonesia, khususnya di Papua. Bentuknya yang gilik mungkin akan terlihat menjijikkan bagi sebagian orang. Namun, dapat jadi tampak lucu bagi sebagian yang lain. Bahkan, di Papua sendiri, ulat sagu ini menjadi menu santapan yang paling digemari. Orang Kamoro, Kabupaten Mimika, menyebutnya ulat sagu ini dengan sebutan koo.
Koo atau ulat sagu ini banyak hidup di dalam pohon sagu yang selesai dipangkur atau diambil sagunya dan yang telah membusuk. Sebenarnya, ulat sagu ini adalah larva atau bayi kumbang kepala merah yang suka menggunakan pohon sagu yang telah busuk untuk bertelur. Orang Papua menyantap koo atau ulat sagu dengan berbagai cara. Ada yang menyantapnya dengan mentah-mentah, membakarnya, atau ada juga yang memasaknya bersama sagu.
Konon, koo atau ulat sagu yang mentah rasanya manis bercampur gurih. Badannya yang gendut gilik jika digigit... kres, renyah. Dagingnya seperti daging buah leci atau buah rambutan. Sedangkan rasanya mirip dengan buah lengkeng. Jika digigit, dari perutnya akan mengalir cairan manis.
Ada siswa dari Papua yang telah meneliti ulat sagu ini. Mereka adalah Darius Ohee, Mike Juneth Christin Toam, Agustina Padama, Richard Antonius Mahuze, dan Yulian Marco Awairaro. Menurut hasil dari penelitian mereka, koo atau ulat sagu ini mengandung protein tinggi. Bahkan lebih tinggi dari protein dari telur ayam. Selain itu, juga kaya akan lemak dan mineral.
Karena penelitiannya itu, mereka berhasil memenangkan medali perunggu pada lomba karya ilmiah The International Conference of Young Scientists (ICYS) yang ke-19 pada 2012 di Kampus Radboud University Nijmegen, di Belanda.
Sate Ulat Sagu
Selain koo atau ulat sagu ini dimakan secara mentah-mentah dan dibakar, saat ini koo atau ulat sagu juga diolah menjadi berbagai macam makanan, seperti keripik, bakso, bakwan, spageti, bahkan hingga sandwich.
Patut Kamu Baca:
- Tari Petake Gerinjing, Tarian Tradisional Dari Sumatera Selatan
- Tari Topeng Temenggung, Tarian Tradisional Dari Jawa Barat
- Tari Rondang Bulan, Tarian Tradisional Dari Tapanuli Selatan
- Tari Batik Pace, Tarian Tradisional Dari Jawa Timur
- Tari Iswara Gandrung, Tarian Tradisional Dari Jawa Barat
- Tari Petik Pari, Tarian Tradisional Dari Pacitan Jawa Timur
- Tari Kethek Ogleng, Tarian Tradisional Dari Jawa Timur
- Tari Boboko Mangkup, Tarian Tradisional Dari Jawa Barat
- Tari Panarat, Tarian Tradisional Dari Jawa Barat
- Kecapi Kalimantan, Alat Musik Tradisional Dari Kalimantan Tengah
- Pedang Bara Sangihe, Senjata Tradisional Dari Sulawesi Utara
- Sumpit, Senjata Tradisional Suku Dayak
- Gamelan Banyuwangi, Kesenian Tradisional Dari Jawa Timur
- Mengenal Kain Paramba, Kain Khas Toraja
- Fuu, Alat Musik Tradisional Dari Papua
- Tahuri, Alat Musik Terompet Kerang Dari Maluku
- Salude, Alat Musik Tradisional Dari Sulawesi Utara
- Ketipung, Alat Musik Tradisional Dari Kalimantan Timur
- Tari Pumamasari, Tarian Tradisional Dari Jawa Barat
- Tari Wangsa Suta, Tarian Tradisional Dari Sukabumi Jawa Barat
- Tari Kedok Ireng, Tarian Tradisional Dari Jawa Barat
- Tari Kamonesan, Tarian Tradisional Dari Jawa Barat
- Tifa Totobuang, Alat Musik Tradisional Dari Maluku
- Artikel Kain Tenun Ternate
- Tari Lalayon, Tarian Tradisional Dari Maluku Utara
- Tari Kipas Serumpun, Tarian Tradisional Dari Banyuasin Sumsel
- Tari Salai Jin, Tarian Mistis Dari Ternate Maluku Utara
- Tari Topeng Tua, Tarian Tradisional Dari Bali
- Macam Teknik Memainkan Alat Musik Gandrang
- Jenis-Jenis Alat Musik Gandrang
- Artikel Ghazal, Kesenian Okestra Khas Melayu
- Ulat Sagu, Binatang Yang Kaya Protein