Senjata Tradisional Sumatera Selatan
Empat Senjata Tradisional Asal Sumsel - Masyarakat asli Sumatera Selatan dianggap sebagai golongan para
pemberani. Dalam menjaga harkat dan martabat diri, mereka tak segan
melakukan perkelahian. Tak heran bila dalam budayanya kita bisa
menemukan beberapa senjata tradisional sebagai alat untuk menjaga diri.
Senjata-senjata tradisional Sumatera Selatan sendiri sebetulnya ada
banyak ragamnya, hanya saja yang dianggap memiliki keunikan khas daerah
jumlahnya tidak banyak. Apa saja?
1. Senjata Tradisional Tombak Trisula
Senjata tradisional Sumatera selatan tombak trisula yang dianggap paling kuat memiliki unsur sejarah dan mitologinya dibandingkan dengan senjata tradisional Sumatera Selatan lainnya. Sebagaimana keris, tombak trisula yang terdapat di berbagai daerah di nusantara ternyata juga merupakan salah satu senjata tradisional Sumatera Selatan.Senjata ini memiliki mata tiga dan lebih sering muncul di berbagai kisah Romawi dan Yunani. Meskipun diklaim sebagai senjata tradisional Sumsel, namun belum diketahui sejak kapan masyarakat Sumsel menggunakan tombak trisula.
Namun beberapa sejarawan meyakini bahwa perkembangan penggunaan tombak trisula beriringan dengan perkembangan ajaran Hindu di Sumatera Selatan pada masa kerajaan Sriwijaya. Hal ini dikarenakan senjata trisula merupakan senjata pegangan Dewa Siwa, salah satu dewa dari dewa trimurti yang disembah oleh masyarakat Hindu.Keunikan trisula Palembang dengan trisula lainnya yakni terdapat pada kedua sisinya. Di bagian mata tombak memiliki tiga ujung lancip dan sisi lainnya tumpul. Karena itu, tombak trisula ini sangat tajam. Banyak penemuan tombak trisula yang kemudian disimpan di Museum Balaputradewa.
Kini, tombak trisula ini sering kali menjadi ikon budaya provinsi Sumatra Selatan. Tombak ini memiliki panjang sekitar 180 cm yang dulu sering digunakan oleh prajurit kerajaan Sriwijaya sebagai senjata utama. Senjata ini ditelusuri dari segi arkeologi dan para ahli menyebutkan jika senjata ini mulai dikenal sejak Hindu Siwa masuk ke Nusantara ratusan tahun yang lalu.Kerajaan Sriwijaya dulunya menguasai jalur perdagangan di Asia Tenggara, karena itu menjadi mungkin jika berbagai budaya dan tradisi bertemu dengan tradisi asli. Atau sering kali disebut dengan proses akulturasi budaya antara masyarakat asli dengan masyarakat pendatang yang merupakan para pedagang Hindu. Mereka berdagang sambil mengajarkan agama mereka.Kita juga mengetahui bahwa tombak trisula ini dalam mitologis Hindu merupakan senjata Dewa Siwa. Tombak ini dianggap sebagai simbol keberanian dan kebijaksanaan. Sementara di Palembang, senjata ini juga disebut dengan Serampang.
Namun beberapa sejarawan meyakini bahwa perkembangan penggunaan tombak trisula beriringan dengan perkembangan ajaran Hindu di Sumatera Selatan pada masa kerajaan Sriwijaya. Hal ini dikarenakan senjata trisula merupakan senjata pegangan Dewa Siwa, salah satu dewa dari dewa trimurti yang disembah oleh masyarakat Hindu.Keunikan trisula Palembang dengan trisula lainnya yakni terdapat pada kedua sisinya. Di bagian mata tombak memiliki tiga ujung lancip dan sisi lainnya tumpul. Karena itu, tombak trisula ini sangat tajam. Banyak penemuan tombak trisula yang kemudian disimpan di Museum Balaputradewa.
Kini, tombak trisula ini sering kali menjadi ikon budaya provinsi Sumatra Selatan. Tombak ini memiliki panjang sekitar 180 cm yang dulu sering digunakan oleh prajurit kerajaan Sriwijaya sebagai senjata utama. Senjata ini ditelusuri dari segi arkeologi dan para ahli menyebutkan jika senjata ini mulai dikenal sejak Hindu Siwa masuk ke Nusantara ratusan tahun yang lalu.Kerajaan Sriwijaya dulunya menguasai jalur perdagangan di Asia Tenggara, karena itu menjadi mungkin jika berbagai budaya dan tradisi bertemu dengan tradisi asli. Atau sering kali disebut dengan proses akulturasi budaya antara masyarakat asli dengan masyarakat pendatang yang merupakan para pedagang Hindu. Mereka berdagang sambil mengajarkan agama mereka.Kita juga mengetahui bahwa tombak trisula ini dalam mitologis Hindu merupakan senjata Dewa Siwa. Tombak ini dianggap sebagai simbol keberanian dan kebijaksanaan. Sementara di Palembang, senjata ini juga disebut dengan Serampang.
Baca Juga:
5 Senjata Tradisional Sumatera Barat Lengkap Beserta Gambarnya
2. Senjata Tradisional Keris
Keris bukan hanya dikenal masyarakat Pulau Jawa. Beberapa daerah sub
etnis Melayu lainnya juga mengenal senjata jenis tikam ini dalam
budayanya, termasuk masyarakat daerah Sumatera Selatan.
Kendati memiliki bentuk yang sama, namun keris Sumatera Selatan
memiliki ciri khasnya sendiri. Jumlah luk atau lekukannya selalu
berjumlah ganjil antara 7 sampai 13 luk dengan sudut yang lebar. Itulah
mengapa keris khas Sumatera Selatan cenderung lebih panjang dan lancip.
Di masa silam, keris digunakan para pembesar, bangsawan, dan
punggawa kerajaan Sriwijaya sebagai sarana perlindungan diri. Namun, di
masa kini ia lebih digunakan sebagai aksesoris pakaian adat Sumatera
Selatan bagi para pengantin pria.
3. Senjata Tradisional Skin
Skin adalah senjata tradisional Sumatera Selatan yang
diperkirakan berasal dari akulturasi budaya lokal dengan budaya pedagang
Tionghoa dan Asia Timur di masa silam. Senjata ini tampak seperti
Kerambit khas Sumatera Barat, namun ukurannya lebih kecil dan memiliki 2
bilah tajam.
Skin adalah pisau tajam melengkung yang terbuat dari baja
berkualitas. Pegangannya terbuat dari kayu yang dibaut atau direkatkan
pada bilah yang tidak tajam. Sementara di ujung pegangan terdapat lubang
yang digunakan untuk memudahkan penggunaan senjata ini dengan jari.
Skin termasuk senjata yang digunakan dalam jarak dekat. Biasanya
seseorang menggunakan senjata ini hanya dalam keadaan terdesak. Berikut
adalah kenampakan dari senjata khas Palembang ini.
4. Senjata Tradisional Khudok
Bergeser ke arah hulu, tepatnya dalam masyarakat Pagaralam, terdapat
satu varian lain dari senjata tradisional Sumsel. Senjata tajam tersebut
bernama kudhok. Kudhok adalah sebilah pisau kecil yang bentuknya
menyerupai badik khas daerah Lampung. Bilahnya ditempa dari bahan logam
berkualitas, sementara gagang dan sarungnya dibuat dari kayu jati, kayu
nangka, atau kayu ghumai. Kudhok kerap dibawa para pria Besemah di masa
lampau kemana pun untuk menjaga diri. Kebiasaan membawa kudhok bagi para
bujang hingga kini masih tetap ada, khususnya di masyarakat Pagaralam
hulu.
Kudhok sendiri mempunyai beragam jenis, namun yang paling
banyak digemari adalah kudhok dari jenis betelok, luncu, gerahang dan
kudhok rambai ayam yang bentuknya menyerupai jalu ayam.
Tahap
membakar dan menempa merupakan tahap yang paling lama dalam proses
pembuatan kudhok. Tahap ini akan memakan waktu lebih lama lagi jika si
pembeli memesan bentuk kudhok sesuai dengan keinginannya. Bahkan seorang
pandai besi yang membuat kudhok pesanan kadang melakukan pendekatan
tertentu kepada pemesan untuk menghasilkan senjata kudhok yang sesuai
dengan kepribadian pemesan. Kini, kudhok biasa dijual di wilayah
Pagaralam sebagai cinderamata bagi turis.
Nah, itulah 4 senjata tradisional Sumatera Selatan beserta gambar dan penjelasannya. Menarik bukan? Sayang sekali jika perkakas-perkakas unik ini sampai punah karena tergerus zaman. Tugas kita sebagai kaum muda-lah untuk melestarikan dan memperkenalkannya pada generasi selanjutnya. Semoga bermanfaat!
Baca Juga:
4 Senjata Tradisional Sulawesi Selatan ( Badik ) Terlengkap
Searches related to Senjata Tradisional Sumatera Selatan
- pakaian tradisional sumatera selatan
- tombak trisula sumatera selatan
- gambar senjata tradisional dari daerah sumatera utara
- nama senjata tradisional palembang
- senjata tradisional sumatera selatan dan keterangannya
- nama rumah adat di sumatera selatan
- tarian tradisional sumatera selatan
- pakaian adat sumatera selatan
- rumah adat sumatera selatan
- senjata tradisional sumatera barat
- alat musik tradisional sumatera selatan
- senjata tradisional riau
- senjata tradisional lampung
- makanan khas sumatera selatan